Kain Untuk Investasi? Ini Jawaban Pemuda Berkain Surabaya
Beberapa koleksi kain Pemuda Berkain Surabaya (dari kiri endek dari Bali, pagi sore dari Madura, dan polem dari Jogjakarta)-Erni Prasetyo-
SURABAYA, HARIAN DISWAY – Diawali dengan berucap tabe sebagai sapaan, anggota Pemuda Berkain Surabaya (PBS) tampil menawan dalam balutan pakaian yang telah dipadukan dengan kain khas Indonesia.
Pemuda Berkain Surabaya merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh Gerak Samudra (Ge) pada 2021 lalu. Bertujuan untuk melestarikan serta merelevansikan kain pada kehidupan modern, komunitas ini sudah memiliki 130 orang di grup WhatsApp.
Kirana Safira, salah satu anggota PBS mangatakan, bahwa ia mulai berkain pada awal 2022. Ia mengaku tertarik untuk bergabung pada komunitas ini setelah salah satu postingan temannya yang juga anggota PBS lewat di laman instagramnya.
BACA JUGA:Merawat Kenangan Perjuangan HAM di Museum Munir Kota Batu
BACA JUGA:TikTok Terus Dipojokkan, Amerika Menyerang, Prancis Melarang
“Awalnya gara-gara postingan temen sih, terus akhirnya aku kepoin dan aku tertarik. Aku awalnya dateng ke event PBS di cafe Alecta dan langsung ditawarin buat gabung,” ungkap perempuan yang memakai songket berwarna merah muda itu.
Ge juga mengatakan bahwa tidak ada proses perekrutan khusus untuk bergabung ke dalam komunitas ini. Ia juga mengatakan tidak harus memiliki kain atau menjadi expert dahulu bila ingin bergabung.
“Acara yang kita selenggarakan juga kebanyakan dibuat untuk umum. Jadi kalau mau gabung bisa langsung dateng aja. Enggak harus punya kain, enggak harus tahu banyak tentang kain juga. Kita juga akan meberikan edukasi nantinya,” ucap pria berambut panjang tersebut.
Kirana dan Ge juga mengenalkan beberapa koleksi yang mereka bawa. Di antaranya, kain endek dari Bali, kain pagi sore dari Madura dan kain polem dari Jogjakarta.
Kain hasil instalasi event Pemuda Berkain Surabaya yang berkolaborasi dengan berbagai vendor-Erni Prasetyo-
Mereka juga memperlihatkan salah satu kain hasil dari event yang berkolabirasi dengan berbagi vendor. Dalam acara tersebut pengunjung bisa menorehkan canting di selembar kain yang telah memiliki motif. Motif tersebut tercipta dari rumus matematika, fraktal. Kain dari hasil instalasi tersebut diwarnai oleh batik dolly.
Komunitas ini juga tidak menuntut anggotanya untuk memiliki kain dengan harga yang selangit. Ge bahkan mengaku bahwa sebagian besar kain yang dimilikinya adalah peninggalan dari kakek dan neneknya. Berbeda dengan Ge, Kirana menyatakan bahwa sebagian besar miliknya didapat dari membeli bukan peninggalan.
“Mungkin kalau Gerak banyak dapet dari warisan ya. Kalau yang dari turun-temurun, jujur aku sih enggak banyak. Kurang tahu kenapa, jadi kalau aku sih kebanyakan beli. Totalnya mungkin udah spend sekitar 20 jutaan,” tutur Kirana.
Kendati kain termahalnya adalah jenis kain berharga jutaan, perempuan berambut sebahu itu mengaku bahwa harga paling mahal yang pernah ia bayarkan adalah 200 ribuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: