Perjalanan Otodidak Suhartono menjadi Sketser; Ladeni Pesanan dr Tompi, Tukang Kebun Jalan Terus
Suhartono menyerahkan sketsanya kepada Dahlan Iskan, saat peringatan Harian Disway ke-2 pada 2022 lalu, disaksikan Nathan Santoso.-JULIAN ROMADHON-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Diremehkan tak menyurutkan niat Suhartono menjadi sketser. Tanpa belajar kepada siapa pun, ia mempelajari teknik sketsa dan seni umum secara otodidak. Bahkan juga tidak melalui YouTube dan media lainnya. Saat ini, ia menerima banyak pesanan sketsa. Namun, perjalanannya itu tidak selalu indah seperti karyanya.
Seniman asal Dusun Sumbul, Desa Klampok, Kecamata Singosari, Kabupatean Malang itu menyadari bakat seninya mulai terlihat sejak SD. Sering kali ia ditunjuk oleh SDN Klampok 2 Singosari, tempatnya bersekolah, untuk mewakili kompetisi lomba mewarnai.
Hingga duduk di bangku SMP 5 Singosari Satu Atap, pria yang akrab disapa dengan Har itu ingin mencoba melukis dengan cat warna. Namun, kendala biaya yang mahal mengurungkan niatnya. Ia mencari akal. Menggunakan alternatif media lain. Arang dan kopi.
Tak bisa melanjutkan pendidikan SMK Jurusan Animasi, Har bekerja sebagai tukang kebun di KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Singhasari, sejak 2020. Tapi tak melupakan hobinya. ”Karena berada di kebun ya nggambar pemandangan. Sekadar untuk pajangan di rumah,” papar pria kelahiran 1996 itu.
Salah satu pesohor yang memesan sketsa Suhartono, Niluh Djelantik (kanan) dan sketsa wajah gurunya, Gus Murobby Khusni. -istimewa-
Dalam membuat sketsa, media Har hanya pensil 2B Staedtler untuk teknik arsir. Diperhalus dengan teknik dussel manual dengan tisu seadanya yang ia lipat. Dengan cara itu saja, ia berani menerima pesanan. Dari pondok pesantren di Singosari yang memesan 50 gambar untuk kalender hingga mural untuk gedung TK seluas 12x2 meter. Termasuk sketsa wajah gurunya Gus Murobby Khusni, serta Habib Sholeh Tangul.
Terus terang apresiasi terhadap karyanya tergolong rendah. Hanya Rp 40-50 ribu per gambar. Karena semurah itu, tak jarang orang meremehkannya. ”Tapi saya menutup telinga dan tidak peduli,” katanya. ”Dalam hati saya yakin aja! Seni pasti ada jalannya,” lanjut Har, mengingat kisahnya.
Benar. Jalan itu menemui kepastiannya. Pada 2022, ia berkenalan dengan Nathan Santoso. Bos Radjoetasa itu tak lain saudara David Santoso pengelola Perumahan KEK Singhasari.
Suatu hari Har mengirimkan karya sketsa wajah Nathan dari pensil dan kopi. Sebagai hadiah ulang tahun. ”Karena menyukai karya saya, Pak Nathan menemui saya di KEK Singhasari,” ungkap seniman berusia 27 tahun itu.
Dalam pertemuan itu, Nathan bahkan memberikan pensil arang baru dan buku sketsa berukuran A3. ”Alat-alat itu jauh lebih baik dan nyaman digunakan. Karena pemberian itu saya baru tahu kalau dussel ada alatnya sendiri, paper stump,” ucapnya sambil tertawa.
Melalui Nathan pula, Har bisa menerima pesanan dari berbagai tokoh terkenal. Beberapa di antaranya penyanyi dr Tompi, desainer sepatu Niluh Djelantik, desainer kebaya Sakdek. Sketsa dr Tompi dibuatnya dalam waktu 6 jam.
Sketsa Niluh Djelantik membutuhkan waktu lebih lama. Sekitar 10 jam lebih. Itu karena ia menggunakan teknik arsir sepenuhnya tanpa dussel. Teknik itu juga diterapkan dalam karya untuk Sakdek yang memakan waktu 8 jam. ”Sedikit demi sedikit diarsir biar halus dan harus sabar,” terangnya.
Sketsa Sakdek, desainer kebaya dari Bali, ini memakan waktu 8 jam (kiri) dan Butuh enam jam buat Suhartono untuk membuat sketsa dr Tompi (kanan). -istimewa-
Guratan-guratan indah datang dari pensil arang yang ia haluskan dengan teknik dussel. Lalu karya ukuran A3 itu dilapisi fixative dan dibingkai.
Saat ulang tahun Harian Disway ke-2 pada 4 Mei 2022 lalu, Nathan mengajaknya bertemu dengan founder Harian Disway, Dahlan Iskan. Di situ, ia memberikan sketsa wajah mantan Menteri BUMN itu secara langsung. ”Itu pertemuan yang makin membuat saya PD,” katanya.
Surahrtono bangga bisa menyerahkan sketsanya untuk Dahlan Iskan idolanya. -JULIAN ROMADHON-
Dari Nathan, Har belajar banyak hal. Termasuk bagaimana cara mengapresiasi karya. Ia sadar bahwa seni bukan sekadar hobi. Tapi bisa menjadi karier.
Kini Har bisa membeli alat gambar sendiri dan mendapatkan penghasilan dari karyanya. Dalam seminggu, Har menerima 3–4 pesanan sketsa wajah lo. Semua dikerjakannya tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang kebun.
Meskipun tengah merintis, Har berpesan pada orang lain yang ingin mendalami seni untuk tidak menyerah. ”Ciptakan karya seni yang terbaik. Nanti pasti akan ada jalan untuk kita. Jangan pernah putus asa. Tetap semangat,” tuturnya.
Oh ya, jika tertarik memesan sketsa wajah Suhartono, silakan menghubungi Instagram pribadi @suhar_art3. ”Biayanya Rp 300 ribu untuk selembar karya berukuran A3 dengan lapisan fixative yang dibingkai indah dalam pigura,” ujar Suhartono. (Heti Palestina Yunani-Dara Nabila Salsabyla)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: