Serial Geliat Masjid Perumahan (Seri 20): Masjid Ar Ridho, Surabaya; Umrohkan 11 Marbot Masjid
BANGUNAN MASJID Ar Ridho yang tampak luas dan nyaman. Di depan terdapat lapangan dan pohon beringin yang teduh dengan tempat duduk melingkar. Di situ dibangun fasilitas bermain untuk anak-anak. -Erni Prasetyo-Harian Disway
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Masjid Ar Ridho merupakan masjid satu-satunya yang berada di kawasan Perumahan Rungkut Mejoyo Utara, Surabaya. Karena itu, warga setempat sangat berperan aktif dalam memakmurkan masjid.
Sebelum menuju masjid, kita harus melewati pos sekuriti di pintu masuk Perumahan Rungkut Mejoyo Utara. Jangan keder ya, perumahan ini dikenal dengan sekuritinya yang killer lo. Apalagi saat pandemi dua tahun silam. Tak segan mereka membentak pengunjung yang nyelonong masuk tanpa mengenakan masker.
Saat Harian Disway datang ke Masjid Ar Ridho, eh rupanya salah seorang sekuriti perumahan itu tak lain petugas masjid juga. Namanya Patno. Ia ramah. Sikapnya berbeda dengan saat bertugas menjadi sekuriti.
”Monggo ketemu dengan Ustaz Masykuri, imam masjid,” ujarnya, sembari menunjuk ke ruang dalam dengan ibu jari. Kebetulan pula Ustaz Masykuri baru saja keluar dari ruangan. Harian Disway ditemui mereka berdua di halaman depan masjid.
Dari posisi itu, Harian Disway merasakan bahwa Masjid Ar Ridho merupakan masjid yang cukup luas dan nyaman. Di depan terdapat lapangan dan pohon beringin yang teduh dengan tempat duduk melingkar. Di situ dibangun fasilitas bermain untuk anak-anak.
Di sisi timur Masjid, terdapat jalan arah selatan. Menuju kampung Raya Tenggilis yang biasanya selalu ditutup. Jika sore hari, lapangan itu kerap digunakan warga untuk beraktivitas maupun ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa. ”Hanya saat tarawih gerbangnya dibuka. Pak Patno ini yang menjaga gerbang. Membuka dan menutupnya,” ujar Ustaz Masykuri.
PLANG NAMA yang berada di bagian belakang masjid. Bertuliskan Masjid Ar Ridho, di bawahnya tertera alamat Raya Tenggilis Mejoyo 123 Surabaya. Padahal secara administrasi, masjid itu berada dan beralamat di Perumahan Rungkut Mejoyo Utara.-Erni Prasetyo-Harian Disway
Di bagian belakang masjid, di sisi kiri gerbang tertutup itu terdapat plang nama bertuliskan Masjid Ar Ridho, di bawahnya tertera alamat Raya Tenggilis Mejoyo 123 Surabaya. Padahal secara administrasi, masjid itu berada dan beralamat di Perumahan Rungkut Mejoyo Utara.
”Dulu sebelum pemekaran, masjid dan perumahan ini masih ikut Kecamatan Tenggilis. Tapi sekarang sudah ikut Kecamatan Rungkut,” ungkap Patno. ”Karena alamat lama masih dicantumkan, jadi masih banyak yang menganggap bahwa masjid itu berada di Jalan Raya Tenggilis Mejoyo,” lanjutnya.
Masjid itu dibangun dari swadaya warga Perumahan Rungkut Mejoyo Utara pada 1987. Meskipun masjid perumahan, banyak tokoh besar yang berkhotbah atau memberikan tausiyah. Seperti Prof KH Said Agil Siradj, mantan ketua umum PBNU, serta KH Miftachul Akhyar, Rais ’Aam PBNU. ”Dulu Kyai Miftachul pernah rutin mengisi kajian Jumat,” ungkap Ustaz Masykuri.
Ulama lainnya yang pernah mengisi tausiyah di masjid itu adalah Kiai Ahmad Muzakki, Ustaz Ilhamullah Sumarkan, Ustaz Ali Aziz, Prof Mawardi, dan mendiang Prof Faizal Haq.
BAGIAN DALAM Masjid Ar Ridho yang terasa lapang dan nyaman. Di sinilah sehari-harinya, digelar pengajian. Setiap Selasa, Rabu, dan Kamis. Setiap Senin hingga Jumat, diadakan TPQ untuk anak-anak.-Erni Prasetyo-Harian Disway
Sehari-harinya, digelar pengajian. Setiap Selasa, Rabu, dan Kamis. Selasa dan Kamis untuk umum, Rabu pagi untuk ibu-ibu. Setiap sore, Senin hingga Jumat, diadakan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) untuk anak-anak.
Kegiatan-kegiatan besar yang pernah dilakukan di antaranya bakti sosial untuk masyarakat kurang mampu dan khitanan massal. Saat pandemi dua tahun lalu, ada baksos pembagian 500 bungkus nasi. Saat Iduladha, masjid itu sekurang-kurangnya menyembelih sepuluh ekor sapi dan tiga puluh kambing.
Pada bulan Ramadan, ada buka bersama. Makanan dikumpulkan dari warga lalu dinikmati oleh semua kalangan. Baik warga Perumahan Rungkut Mejoyo Utara maupun dari luar perumahan. ”Pada sepuluh hari menjelang Idulfitri, kami mengadakan sahur bersama,” ujar pria asal Demak, Jawa Tengah itu.
IMAM MASJID Ar Ridho Ustaz Masykuri tengah menunjukkan salah satu musaf Alquran yang berada di bagian mimbar.-Erni Prasetyo-Harian Disway
Oh ya, masjid yang disebut Ustaz Masykuri sebagai Mekkah Kecil itu terbuka untuk semua golongan. Baik NU, Muhammadiyah, dan lainnya. ”Yang mau Qunut akan merasa nyaman. Yang tidak Qunut tenang. Yang mau wiridan boleh. Yang tidak, tak masalah. Kami menerima dan menghormati perbedaan kok,” terangnya.
Untuk warga, pengurus punya piranti untuk pelayanan jenazah. Seperti keranda, sound system, terop, kursi dan lain-lain, yang bebas digunakan oleh warga. Secara cuma-cuma. ”Kami juga membuka pelayanan umroh. Dengan biaya yang lebih murah daripada yang lain. Sekitar Rp 30 juta. Kalau tidak berangkat, semua biaya kami kembalikan,” ungkapnya.
Bahkan pelayanan umroh itu diarahkan untuk para marbot masjid sendiri dan ketua TPA sejak 2013. Semua diberangkatkan tanpa dipungut biaya. Gratis. ”Sebab para marbot masjid itu sangat perlu diapresiasi,” terangnya.
Perlu diketahui, tugas marbot majid di antaranya menjaga kebersihan masjid dan sekaligus menjadi penanggungjawab segala ritual ibadah di masjid seperti azan lima waktu, menjadi imam cadangan, bahkan bisa jadi khotib cadangan.
”Tugas mereka berat karena stand by 24 jam mengurusi segala kegiatan di masjid. Sampai tahun ini, total ada 11 marbot masjid yang kami umrohkan. Program ini terus berlanjut. Masih ada yang akan kami berangkatkan lagi selanjutnya,” pungkasnya. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: