Densus Tangkap Terduga Teroris di Kalimas Madya Surabaya, Ketua RT Bagikan Informasi Penting
Ketua RT 02 Muahammad Abri tahu banyak soal sosok Bashir yang ditangkap Densus 88, 4 Juni 2023.-Pace Morris/Harian Disway-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bashir terduga teroris yang diamankan Densus 88 Anti Teror di SURABAYA, ternyata merupakan mantan narapidana teroris (napiter). Ia pernah ditangkap pada 2006.
Muhammad Abri ketua RT 2 Kalimas Madya menerangkan bahwa setelah keluar dari penjara, Bashir kembali lagi ke rumahnya. Ia pun diterima dengan baik oleh warga.
“Setelah kembali ke sini. Seingat saya sekitar tahun 2010 Ia menikah. Sekarang anaknya lima,” ujar Abri saat ditemui di rumahnya, Minggu, 4 Juni 2023.
Karena sudah pernah ditangkap sebelumnya, Abri dan warga sekitar tidak kaget jika Bashir kembali ditangkap. Abri mengungkapkan, selama ini Bashir memang masih bergaul dengan beberapa orang yang terindikasi sebagai teroris.
BACA JUGA:Densus 88 Gerebek Rumah Terduga Teroris di Kalimas Madya III Surabaya
BACA JUGA:Wali Kota Eri Cahyadi dan Reni Astuti Hadiri Sedekah Bumi di Makam Sawunggaling
“Beberapa temannya ada yang berangkat ke Suriah. Sebagian mati di sana (Syriah) ada juga yang di Yaman. Salah satunya namanya Deni. Pernah ditahan 2,5 tahun. Tapi tidak ikut perang. Hanya jadi tukang masak di sana,” papar Abri
Bahkan Abri menceritakan, salah satu teroris Usman Mustofa Mahdami pernah berkunjung ke rumah Bashir. “Ia punya kelompok sendiri. Biasanya ngumpul di jalan Sasak. Ada salah satu toko di sana,” bebernya.
Suasana di Kalimas Madya III Surabaya, tempat tinggal terduga teroris yang digerebek Densus 88, 4 Juni 2023.-Pace Morris/Harian Disway-
Abri cukup mengenal Bashir. Pasalnya mereka seumuran. Sejak kecil Bashir yang warga asli Kalimas Madya III itu terkenal pendiam. Ia sangat tertutup. Bahkan untuk menyapa pun jika tidak didahului ia tidak akan menyapa. “Tapi biarpun pendiam, waktu sekolah Ia siswa yang pintar,” ungkap Abri.
Abri juga menuturkan bahwa Bashir pernah kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saat itu ia mengambil jurusan teknik kimia. “Tapi kayaknya gak sampai selesai,” kata pria yang dikenal sebagai ustadz oleh warga sekitar.
Bashir juga diketahui sering berdakwah. Namun bukan di sekitar tempat tinggalnya. Ia tidak diterima di masjid sekitar karena, bahan dakwahnya dianggap provokatif. “Kalau di sini tidak pernah. Jamaah dia bukan warga sini. Ajarannya tidak bisa diterima warga sini,” terang Abri.
Terkait keluarga, Bashir 4 bersaudara. Keluarganya yang lain dikenal cukup baik. Berbeda dengan Bashir. Di rumahnya Bashir tinggal dengan 2 kakaknya, serta istri dan 5 anaknya. “Kalau kerjanya apa saya juga tidak tahu. Tapi anak-anaknya sekolah di sekolah yang mahal,” imbuh Abri. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: