Siapa Bisa Menebak Isi Hati Suhita? Keputusan Pelik Seorang Ratu Yang Kerajaannya Babak Belur
Ilustrasi Maharani Suhita, penguasa keenam Kerajaan Majapahit-Dulutiga For Harian Disway-
Namun, kobaran api Paregreg memang terbukti sangat sulit dipadamkan. Peperangan telah berlangsung lintas generasi. Tidak ada tanda-tanda padam semenjak mangkatnya Prabu Wikramawardhana.
Mungkin sudah saatnya Majapahit terbelah dua. Atau mungkin tidak? karena nyatanya yang menjadi pewaris tahta adalah putri dari Mataram yang bernama Suhita.
BACA JUGA:Indonesia Hattrick Juara Umum ASEAN Para Games
Prabhu Wikramawardhana memang kurang beruntung. Ia mangkat tanpa pewaris takhta yang legitimate. Putera mahkota hasil pernikahannya dengan Dyah Kusumawardhani, puteri Prabu Hayam Wuruk, meninggal di usia muda.
Namun Tuhan maha adil. Meskipun putera mahkota Bhra Hyang Wekasing Sukha meninggal, dua permata muncul dari isteri-isteri Wikramawardhana yang lain; Dyah Suhita dan Dyah Kertawijaya.
Hanya saja, baik Suhita maupun Raden Wijaya sama-sama memiliki beban silsilah. Kabut tebal menyelimuti asal-usul keduanya. Kasak-kusuk selalu berkembang mempertanyakan kejelasan galur silsilah adik kakak tersebut.
BACA JUGA:Ekspor Pasir Laut
Ada yang bilang, Suhita adalah puteri Wikramawardhana dari selir asal Wirabhumi. Ada yang bilang, Suhita adalah anak dari Bhre Mataram. Keponakan yang dinikahi oleh Wikramawardhana. Bhre Mataram sendiri adalah putri hasil pernikahan Bhre Wirabhumi dan Putri Lasem, Nagarawardhani.
Dyah Kertawijaya tidak lebih beruntung dari sang kakak. Ia malah dirumorkan tidak sepenuhnya berdarah Majapahit. Ia adalah pangeran berdarah campuran Jawa – Sunda. Hasil pernikahan Wikramawardhana dengan seorang putri Linggabuwana Wisesa, Raja Sunda yang tewas di Bubat beberapa dekade lalu.
BACA JUGA:Tragedi Tanah Merah, Benarkah Carok?
Alhasil, meskipun sebagai keturunan laki-laki, juga telah menunjukkan kecerdasan, ketangkasan, dan kebijaksanaan seorang raja sejak usia muda, Kertawijaya harus tersingkir dari kontestasi takhta.
Majelis keluarga raja lebih memilih Suhita, yang ibundanya dianggap memiliki derajat lebih tinggi. Meskipun seorang perempuan, majelis Raja Sabha percaya Suhita bisa menjalankan pemerintahan secara efektif. Apalagi didampingi oleh sang suami, seorang politisi ulung bernama Aji Ratnapangkaja Bhre Paramesywara.
Terbukti Kedaton Wetan pun semakin solid, kekuatan blambangan perlahan dipukul mundur terus ke timur. Sri Ratu Ayu Kencanawungu, gelar abhiseka Maharani Suhita dielu-elukan sebagai penyelamat Majapahit dari keruntuhan.
Bagaikan trisula tajam, duet antara Maharani Suhita, Dyah Kertawijaya Bhre Tumapel, dan Ratu Angabhaya Majapahit Bhre Narapati berhasil menumpas perlawanan Kedaton Wetan. Dalam pertempuran malam hari di lepas pantai Ketah, Bhre Narapati berhasil mengejar dan memenggal kepala Bhre Wirabhumi.
BACA JUGA:Cawe-Cawe Presiden Jokowi di Pilpres 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: