Penjurian Lapangan Brawijaya Award (12): Terkecoh Penampilan ODGJ
Komunikasi yang dilakukan Serda Ribut Juprianto dengan salah satu penderita ODGJ di rumahnya.-Elvina Talitha Alawiyah-
Tugas penjurian di hari kedua selesai. Saatnya menuju Tulungagung. Dibanding hari pertama, penjurian kali ini tidak begitu melelahkan. Karena semua sasaran berada di Kodim yang sama. Jaraknya tidak jauh.
Pertemuan kami dengan anggota Kodim 0809/Kediri berakhir usai makan malam. Sekitar pukul 18.45 WIB, kami bergerak meninggalkan Kediri. "Karena sudah tahu Koramil, sampeyan wajib mampir kalau lewat Koramil," pesan Danramil Gurah Kapten Chb Mulyono.
Saya kembali duduk di belakang kemudi. Pak dosen Pudjio tetap setia di sisi kiri saya. Demikian pula dengan Alvin dan Elvina. Mereka berada di baris kedua.
Seperti biasa, sebelum menuju Kodim berikut, saya selalu berkoordinasi dengan Pasiter atau Staf Siter setempat. Serka Triyo Arik yang saya temui. Kami janjian di bertemu di Hotel.
Masuk Tulungagung, saya mencari hotel terdekat dengan Kodim 0807/Tulungagung. Saya pun langsung menuju hotel. Selesai check in saya membagikan kunci kamar. Seperti sebelumnya, pak dosen dan Elvina mendapat kamar sendiri-sendri. Saya tetap bersama Alvin.
HP saya beredering. Serka Triyo menelpon, mengabarkan kalau ia dan Serma Sahrul (Bati Komsos Kodim) sudah berada di lobby hotel. Saya pun mengabari pak Pudjio. Kemudian saya turun menemui Triyo dan Sahrul. Kami berkoordinasi untuk agenda kegiatan besok.
Esoknya, pukul tujuh kami menuju sasaran pertama ke Desa Pakel. Kami menemui Sertu Asfahani yang punya UMKM kerupuk rambak. Kami diajak melihat bagaimana proses pembuatan kerupuk rambak. Mulai dari bahan mentah berupa kulit sapi, hingga pengemasan. Asfahani juga memberikan kami oleh-oleh kerupuk rambak. Masing-masing anggota tim dapat dua bungkus. "Wah bojoku seneng lek aku muleh gowo oleh-oleh ngene, (istriku senang kalau saya pulang bawa oleh oleh," kata pak Pudjio sambil tertawa.
Dari Pakel, Triyo mengajak mampir ke Kodim Tulungagung. Pasiter Kpt Inf Anjar Yuniarto juga turut mendampingi kami. Kasdim Tulungagung Mayor Inf Zuhal Mohammad Hasan menemui kami di sana. "Mohon maaf, dandim sedang ada giat. Jadi tidak bisa bertemu dengan tim juri," ujar Kasdim.
Sekitar tiga puluh menit kami berbincang di Kodim. Penjurian dilanjutkan ke Desa Sobontoro, tempat Serda Ribut mengabdi. Kesenian reog kendang menyambut kedatangan kami. Pemainnya, Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) binaan Serda Ribut. Kami tidak menyangka hal tersebut.
Pertemuan itu dibuka dengan sambutan Lurah Sobontoro Sodik Afandi. Beliau menyampaikan sejauh mana peran Ribut di Sobontoro. "Setiap kali ODGJ di sini ngamuk, Serda Ributlah yang dipanggil untuk mengatasinya," kata Sodik.
Membersihkan kulit kerbau yang dilakukan oleh warga binaan Sertu Asfahani, Babinsa Kodim Tulungagung.-Elvina Talitha Alawiyah-
Dari penjelasan pak Lurah tadi, saya menjuluki babinsa 0807/02 Bonyolangu itu, Ribut sang pereda keributan.
ODGJ di sana juga diajarkan keterampilan. Ketika itu, pak dosen Pudjio melihat saya ngobrol dengan salah satu pasien ODGJ yang sedang memodifikasi sepatu bekas dengan rajutan. Ia datang menghampiri saya dan berbincang dengan pasien tersebut. Saya berjalan meninggalkan pak pudjio yang sedang asik ngobrol.
Tiba-tiba pak Pudjio mendatangi saya dan memukul pundak saya. "Waduh tak pikir sing tak ajak ngomong iku mau waras. Lha kok melok njupuk obat, (saya kira yang ngobrol dengan saya bukan pasien ODGJ. Tapi kok ikut ngambil obat), katanya sambil tertawa. Ternyata pak dosen tertipu.
Sebenarnya saya juga tertipu. Tapi saya menyadarinya dan langsung meninggalkan orang itu. Sengaja saya membiarkan saat Pak Pudjio menghampiri dan meneruskan obrolan saya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: