Kabar dari Tanah Suci (7): Jinak Merpati di Pelataran Masjidilharam

Kabar dari Tanah Suci (7): Jinak Merpati di Pelataran Masjidilharam

Ribuan merpati jinak di pelataran Masjidilharam menarik perhatian CJH. -Pamuji Setyawan-Dewangga-

Kehadiran ribuan burung merpati di pelataran Masjidilharam menjadi hiburan tersendiri bagi calon jemaah haji (CJH). Banyak versi kisah tentang burung dara tersebut. Pamuji Setyawan dari Biro Haji dan Umrah Dewangga kanor cabang Ngawi melaporkan langsung dari Makkah

---

SEORANG nenek, CJH, terlihat mengejar-ngejar burung merpati di pelataran Masjidilharam, Makkah. Meski langkahnya sudah tidak lincah lagi namun semangatnya masih terlihat. Burung merpati beterbangan sejenak untuk kemudian kembali mendarat mencari makanan yang ditaburkan oleh jemaah haji. Tak jauh dari sang nenek, seorang kakek sibuk mengabadikan moment tersebut.

”Ini cucu kita pasti senang lihat merpati banyak banget. Ayo, Bu, kejar lagi," ujar sang kakek menyemangati istrinya. 

Selepas salat di Masjidilharam, banyak CJH berhenti sejenak menyaksikan ribuan burung merpati yang tidak takut dengan manusia itu. Termasuk saya dan istri tentunya. 

Warna burung merpati tersebut sama semua. Warnanya abu-abu tua dengan dua garis melintang seperti pangkat perwira. Tapi penggemar burung lebih spesifik menyebutnya warna megan atau biru laut tua. Tidak ada warna lain. Tidak ada warna merah marun, putih, hitam, atau cokelat. Semua sama. Warna megan.

Saya melamun teringat masa kecil dulu juga punya peliharaan merpati. Tak sadar, ada sesuatu mendarat di kepala saya. Saya raba terasa basah. Lalu saya cium telapak tangan saya. Oh rupanya kepala saya kejatuhan kotoran merpati. 


Merpati-merpati yang memberikan hiburan bagi jemaah di Masjidilharam. -Pamuji Setyawan-Dewangga-

Uniknya, tidak ada merpati yang terbang di atas Kakbah atau di atas Masjidilharam. Juga hampir tak ada yang seliweran di atas area salat Sehinga tidak aa yang buang kotoran di area suci.  Merpati itu "tertib" seperti sudah terlatih. 

Iseng saya bertanya tentang merpati tersebut kepada Ustad Abu Roi yang biasa membimbing haji dan umrah. Kata ustad, merpati itu konon keturunan peliharaan Aisyah, istri Rasulullah SAW. Turun temurun hidup berkembang biak sampai dengan saat ini.

Ada juga cerita yang menyebutkan bahwa merpati tersebut adalah keturunan dari sepasang merpati yang bertelur di depan gua Hira, tempat Rasulullah bersembunyi menghindari kejaran kaum Quraisy ketika hijrah. Sarang laba-laba terajut di mulut gua. Dan sepasang merpati sedang berdua menunggui telur yang baru saja dikeluarkan si betina. Hal itu membuat kaum Quraisy yakin tidak ada yang masuk ke dalam gua. Selamatlah Rasulullah SAW dan Abu Bakar dari kejaran kaum Quraisy.

BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (6): Cari ATM yang Berbahasa Indonesia

Belum ada yang meneliti kebenaran cerita tersebut. Banyak kisah tentang merpati di pelataran Masjidilharam. Pernah ada kisah sepasang suami istri di Indonesia yang sudah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Atas saran seorang ustad, ia disuruh memberi makan merpati di pelatran Masjidilharam. Berangkatlah sepasang suami istri ini umrah. Selama di Makkah, setiap hari mereka memberi makan merpati-merpati tersebut. Setelah pulang, sang istri hamil. Mereka akhirnya dikaruniai banyak anak.   Doa suami-istri itu saat umrah dikabulkan Allah SWT. 

Yang pasti keberadaan burung merpati dalam jumlah besar dan jinak membawa kegembiraan tersendiri bagi CJH. Ada yang asyik sekadar memberi makan. Ada juga yang mengejar burung-burung itu untuk diambil foto maupun video slow motion. Ada yang sambil video call dengan anak atau cucu untuk menunjukkan jinaknya burung merpati tersebut.

Saya belum tahu apakah merpati di Madinah juga memiliki warna garis pangkat yang sama? Mungkin warnanya sama dengan pangkat berbeda. Atau apakah merpati di madinah juga suka buang kotoran di kepala saya? Nanti saya foto ketika Saya berpindah dari Makkah ke Madinah. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: