Penjurian Lapangan Brawijaya Award (20): Perencanaan Adalah Kunci
Dedikasi videografer Achmad Fiuzani berakrobat di boncengan pak tentara demi mengambil gambar terbaik. -Syahrul Rozak Yahya-
Kelompok ini terdiri dari anak-anak SD mulai dari kelas 2 hingga kelas 6 yang sudah mahir berenang dan menyelam dengan berbagai gaya. Di bawah pelatihan Edy, kelompok ini sudah mengamankan tidak kurang dari 150 an medali.
Dari Yosowilangun, saya pacu Honda B-RV ke arah selatan. Tiba di pom bensin Kecamatan Jombang, maksud hati mau mengisi bensin. Ternyata habis. Saya parkirkan Honda B-RV dan membebaskan tim untuk istirahat. Pak Yusuf ke musala, Rozak dan Fiu beli pentol.
Sementara saya kembali ke aktivitas biasa: bertelepon ria. Ada satu babinsa yang terlewat. Sertu Uyun Salrofiu Babinsa Desa Rowotengah, Sumberbaru, Jember. Namun lagi-lagi karena jadwal yang disusun tanpa mempertimbangkan medan.
Sertu Uyun mempersiapkan anak didiknya pada hari kedua penjurian, Rabu. Karena pembuat jadwal mengasumsikan bahwa kami menguasai semacam ajian Bandung Bondowoso yang ketika diaktifkan maka Honda B-RV bisa melesat laksana angin dan bisa menyikat Senduro, Dawuan Lor, Kencong, Sumberbaru, dan Patrang dalam sehari.
Padahal, pada hari Rabu, kami hanya bisa menyelesaikan Senduro dan Dawuan Lor. Sertu Uyun tidak bisa mengubah jadwal. “Ya sudah, nanti kita carikan solusinya,” jawaban yang sama yang saya berikan pada Kodim Pasuruan.
Oke, sudah dua yang bolong, Kopka Budi dan Sertu Uyun. Yang Kopka Budi mungkin keteledoran Kodim Pasuruan sendiri. Tapi kalau Uyun adalah murni keteledoran tim juri.
Oke, pikir nanti saja. Sekarang, matahari sudah condong ke barat. Saya harus segera memutuskan, apakah menginap di Jember atau bablas ke Bondowoso agar lebih dekat ke target penilaian berikutnya? Tapi masih ada satu babinsa Jember di Patrang. Akhirnya diputuskan untuk menginap di Jember.
Saya bagi tugas dengan Fiu dan Rozak untuk membooking hotel malam itu juga. Sementara saya langsung berkoordinasi dengan Kodim Bondowoso dan Situbondo. Esok hari, saya nekat akan menyikat 3 babinsa sekaligus. Kecamatan Patrang di pagi hari, Kecamatan Tapen di siang hari, dan harus sudah sampai di Kecamatan Panarukan pada sore harinya.
Ketiga titik operasi itu terbentak dalam jarak 70 an kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 jam an. Namun tentu di setiap titik tetap ada proses penjurian yang bisa memakan waktu 2 hingga 3 jam bahkan lebih. Berarti kami butuh 11 jam-an untuk menyelesaikan itu semua dalam waktu matahari 12 jam. Belum hambatannya, jadi margin waktu sangat tipis.
Saya masukkan tim ke Hotel 88 Kaliwates, Jember. Memang menyakiti kantong. Tapi tetap saya paksakan.
Pertama, saya butuh agar tim bisa beristirahat dengan nyaman. Mengingat penjurian masih panjang dan perjuangan masih berat. Kedua, fotografer dan videografer bisa bekerja dengan nyaman dalam kamar dengan AC dan Wifi. Ketiga, saya bisa duduk tenang membuat perencanaan operasi selanjutnya.
Saya menetapkan standar. Masuk penginapan sebelum jam 8 malam, dalam kondisi perut kenyang. Keluar sebelum jam 7 pagi. Kemudian setiap malamnya, setelah bertelepon ria kesana-kemari, saya membuat semacam rencana operasi untuk kemudian pada jam 10 malam saya sebar ke komandan-komandan teritorial di setiap kodim agar pada siang harinya mereka tidak tanya-tanya lagi. (*)
Ke kanan jauh ke kiri jauh, akhirnya bermalam di tengah. Baca edisi besok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: