Marak Kasus Obesitas, Kemenkes Sebut Karena Kurangnya Aktivitas Fisik

Marak Kasus Obesitas, Kemenkes Sebut Karena Kurangnya Aktivitas Fisik

Petugas mengevakuasi pemuda obesitas di Kota Tangerang, Muhammad Fajri (27).-Tangkapan layar-

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Beberapa kasus obesitas mencuat ke publik beberapa hari terakhir. Salah satu yang paling menyita perhatian adalah yang diderita oleh Mohammad Fajri, pemuda berusia 27 asal Tangerang, Banten.

Fajri menderita obesitas hingga berbobot sekitar 300 kilogram. Pada akhir Juni lalu, ia dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sebelum akhirnya meninggal dunia.  

Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Esti Widiastuti mengatakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi seseorang menjadi obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik.

BACA JUGA:Kabar Duka, Fajri Pria Berbobot 300 kg Meninggal Dunia, Apa Penyebabnya?

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes 2018 menunjukkan angka nasional obesitas yakni 21,8 persen. Angka ini berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh. Riskesdas juga menunjukkan bahwa proporsi yang kurang aktivitas fisik di Indonesia cukup tinggi.

Esti mengungkapkan, obesitas berkaitan erat dengan apa yang masuk ke dalam tubuh dengan apa yang keluar. “Tapi kalau apa yang masuk lebih banyak akhirnya menumpuk dan penumpukan kalori yang masuk itu akan menjadi lemak, sehingga jadilah overweight dan obesitas,” kata Esti, 11 Juli 2023.  

BACA JUGA:Catatan Dokter Winra Pratita di Hari Obesitas Sedunia 2023

Obesitas kata Esti menjadi salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit-penyakit tidak menular lainnya. Penyebabnya adalah banyak faktor seperti aktivitas fisik kurang sementara asupan kalori cukup tinggi.

“Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh penggunaan ponsel pintar yang tidak terkontrol yang menyebabkan penggunanya malas bergerak,” kata Esti.  

Kemenkes menerapkan strategi pencegahan melalui promosi kesehatan dan pengelolaan obesitas melalui pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).

BACA JUGA:Setelah Viral Bayi 1 Tahun Berbobot 27 Kilogram, Ini Provinsi dengan Kasus Obesitas Anak Tertinggi

“Promosi kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan primer atau Puskesmas dengan deteksi dini pengukuran berat badan dan lingkar perut, mengimbau masyarakat memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok, perbanyak aktivitas fisik, dan perbanyak makan protein, buah, dan sayur,” kata Esti. 

Sementara pengendalian faktor risiko PTM bisa dilakukan dengan terapi obesitas seperti diet sehat, latihan fisik, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan perawatan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sehat negeriku