Kabar Dari Tanah Suci (32): Sandal Hilang, Uji Kesaktian Telapak kaki

Kabar Dari Tanah Suci (32): Sandal Hilang, Uji Kesaktian Telapak kaki

Jemaah asal Bantul Wasir Dullah Sahid (baju putih) dan jemaah asal Malang Anwar Supriadi berbagi sajadah karena kaki mereka kepanasan akibat nyeker. Mereka akhirnya tersenyum lega setelah mendapat sandal jepit baru dari panulis.-Pamuji Setyawan-Dewangga-

Jangan berani berjalan tanpa alas kaki di Madinah. Kota itu sekarang sedang panas-panasnya. Suhu udara bisa mencapai 46 derajat celsius. Berikut laporan Pamuji Setyawan dari Biro Haji dan Umrah Dewangga cabang Ngawi langsung dari Madinah.

---

SALAT wajib 5 waktu di Masjid Nabawi lebih tertata dibandingkan di Masjidilharam. Shaf laki-laki dan perempuan dipisah secara ketat. Jemaah laki-laki yang mengantar istrinya segera diusir ketika memasuki area shaf perempuan. Begitu pun ketika jemaah perempuan masuk shaf laki-laki langsung diperingatkan oleh askar yang berjaga. 

Pengaturan shaf dan area untuk laki-laki dan perempuan di Masjid Nabawi lebih mudah karena masjid ini utamanya hanya digunakan untuk salat.  Sedangkan pengaturan di Masjidilharam lebih sulit karena selain digunakan untuk salat juga digunakan untuk tawaf dan sai yang jemaahnya aktif berpindah tempat. 


Shaf jemaah laki-laki di Masjid Nabawi, Madinah.-Pamuji Setyawan-Dewangga-

Cuaca Madinah dan Makkah relatif sama. Rata-rata suhu 43 derajat celsius. Namun akhir-akhir ini mencapai 46 derajat celsius. Lumayan panas ketika kita berjalan tanpa penutup kepala. Wajar saja karena ini musim panas di Arab Saudi. Di musim dingin biasanya di Madinah lebih dingin suhunya. Saya pernah mengalami suhu 14 derajat celsius di Madinah.

Kemarin sore saya bertemu dengan dua orang jemaah yang nyaris menjadi korban panasnya jalan di sekitaran Masjid Nabawi. 

BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (31): Hati Bergetar Melihat Kubah Hijau

Setelah salat, jemaah haji asal Bantul Wasir Dullah Sahid berjalan pulang menuju hotel. Dalam perjalanan dia melihat seorang kakek sudah tua yang berjalan tertatih-tatih dengan kaki kepanasan. Ternyata sandal sang kakek hilang. Berniat baik, diserahkanlah sandalnya kepada sang kakek tersebut. ”Wong hotel saya dekat,” pikir Sahid dalam hati.

Ternyata dia salah perhitungan. Ganti telapak kakinya yang tidak kuat menahan panasnya jalanan menuju hotel.

Lain cerita dengan Anwar Supriadi, jemaah asal Malang. ”Sandal saya simpan di loker. Setelah selesai salat, Sandal saya tidak ada. Ada Sandal mirip dengan Sandal saya. Mungkin salam ambil. Tapi saya nggak berani mengambil Sandal yang tersisa. Takut keliru,” katanya.

Dan dua jemaah nyeker ini bertemu ketika berjalan kepanasan menuju hotel masing-masing yang searah. ”Untung sampeyan bawa sajadah, Pak Sahid. Jadi saya bisa nunut taruh kaki sebentar,” ujar Anwar.

Mereka melemparkan sajadah kemudian naik ke atasnya. Setelah itu turun sebentar, mengambil sajadah kemudian melempar sajadah ke depan dan menaikinya.

Kebetulan saya melihat mereka berdua. ”Pak, jangan dipaksakan. Bapak istirahat di samping bangunan ini dulu. Saya belikan sandal jepit,” ucap saya serius.

”Alhamdulillah, nggih Mas. Niki delamakan (telapak kaki, Red) rasanya seperti diobong. Panas nggak karuan,” kata Anwar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: