Toetik Koesbardiati, Profesor Bidang Ilmu Paleoantropologi (10): Meraih Doktor Tanpa Kuliah S2

Toetik Koesbardiati, Profesor Bidang Ilmu Paleoantropologi (10): Meraih Doktor Tanpa Kuliah S2

Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati ketika menyampaikan pidato pengukuhan guru besar pada 27 Juli. -Toetik K-

HARIAN DISWAY - Studi lanjutan yang ditempuh Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati diambil di Jerman. Itu ditempuhnya setelah tiga tahun ia menjadi asisten Prof Dr Habil Josep Glinka sejak 1993.
 
Impian Totok, panggilan Toetik, itu datang pada 1996. Kuliah di Eropa. Tepatnya di Jerman. Hamburg Universiteit atau Universitas Hamburg. Kampus itu sesuai dengan bayangan Totok yang ingin kuliah di negara-negara yang berhubungan dengan perkembangan musik klasik. ”Kalau enggak Austria ya Jerman,” katanya.

Pemilihan ke Universitas Hamburg itu tentu saja atas pertimbangan Prof Glinka yang sangat dia hormati. Pilihan itu sangat tepat. Universitas yang didirikan pada 28 Maret 1919 itu adalah salah satu jujugan yang bisa dituju jika ingin mendalami ilmu antropologi.
 
Universitas itu juga tercatat sebagai lembaga pendidikan dan riset terbesar di Jerman Utara. Kampus salah satu universitas paling menghabiskan biaya di Jerman itu terletak di distrik pusat Rotherbaum.
 
Hebatnya, studi Totok di Jerman itu ditempuh dengan cara yang di luar kebiasaan. Sebagai lulusan sarjana strata 1 dari Program Studi (prodi) Antropologi FISIP Unair, seharusnya Totok harus menjalani pendidikan lanjutan untuk meraih gelar master atau S2. Namun, Totok bisa melompat langsung menjalani studi doktor tanpa S2.
Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati dengan dua dosen pengajar Departemen Antropologi FISIP Unair. -Toetik K-

Dalam biodata Totok yang tertera di handbook Pidato Pengukuhan, tak ada tertera dari mana gelar master Totok didapatkan. Ini bisa membuat siapa saja bertanya-tanya. ”Sebenarnya, saat aku mengajukan studi di Jerman, apply-nya memang S2. Jadi enggak ada niat untuk langsung S3,” terang Totok.
 
Pada April 1996, Totok berangkat ke Jerman untuk mementapkan bahasa Jerman dulu di Bremen. Baru pada bulan Oktober, dia mulai kuliah di Hamburg. Sedianya, Totok mengambil studi genetika populasi atau jiak tidak social biology.
 
”Semua data-data yang dibutuhkan untuk studi disodorkan kepada para dewan guru besar di universitas itu. Aku tunjukkan transkripku termasuk penelitianku di Flores. Mereka perlu merapatkan bagaimana dengan aku yang mahasiswa dari Indonesia ini,” katanya. 
 
Nah, lagi-lagi ada ”sentuhan” tangan dari Prof Glinka yang memuluskan jalan Totok untuk bisa studi langsung S3 di Jerman. Kebetulan ada seorang profesor antropologi yakni Virendra Chopra. Chopra yang orang India ini adalah teman kuliah Prof Glinka yang memang menjadi tujuan utama Totok untuk studi di Jerman. 
 
”Chopra sangat pintar matematika dan statistik. Tentu saja karena dia profesor di bidang genetika populasi. Dia inilah yang mewancaraiku untuk melakukan seperti ujian persamaan karena di Jerman tak ada S1. Hanya S2. Aku ditanyai hal dasar seperti siapa yang mengajariku statistik dan mata kuliah lainnya. Tentu saja aku sebut Prof Glinka itu sebagai pembimbingku. Kebetulan sekali mereka mengenal beliau,” bebernya.

Rupanya hal itu membuat para profesor yang menentukan statusku sebagai calon mahasiswa itu tertarik itu mengujiku lebih lanjut. Mereka juga mempertimbangkan mana-mana hal yang penting untuk disamakan dengan mata kuliah di Jerman. Setelah aku bersedia diuji persamaan, berdasarkan sistem yang berlaku aku malah disetujui bisa langsung studi S3. Aku masuk saat winter semester. Pokoknya prosesnya sangat cepat,” ungkapnya.
 
Meskipun kuliah S3, tapi Totok tetap sambil menjalani kuliah dasar. Karena bagaimana pun Totok harus punya persamaan pengetahuan dengan mahasiswa Jerman. Studi awal itu dia lakukan selama dua tahun. Lantas langsung fokus melakukan penelitian dan menulis disertasi. ”Makanya aku enggak punya ijazah S2,” katanya.
 
Kenyataan ini tentu saja membuat Totok sangat berterima kasih kepada Prof Glinka. Selain beliau, dalam sederetan nama yang dia sebutkan dalam orasi pengukuhan guru besar untuk menerima ucapan selamat itu adalah dua dosen pembimbingnya di Jerman. ”Dalam kesempatan baik ini, saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang baik yang sudah membentuk hidup saya,” katanya.
Bersama dua dosen yang sama-sama mengajar antropologi yakni Delta Bayu Murti (kanan) dan Rusyad Adi Suriyanto. -Toetik K-

BACA JUGA: Toetik Koesbardiati, Profesor Bidang Ilmu Paleoantropologi (1): Mencatat Dua Rekor Pertama sebagai Guru Besar

Lalu diikuti pernyataan dalam bahasa Jerman yakni; “Mein Doktorvater Prof. Dr. Gunter Brauer und Prof. Dr.Helmut Ziegert vielen dank für alles, und auch der DAAD für die Unterstützung meiner promotion, bedanke mich ganz herzlich”. Pembimbing saya Prof. Dr. Gunter Brauer dan Prof. Dr. Helmut Ziegert. Terima kasih untuk semuanya, dan juga DAAD yang telah mendukung doktor saya, terima kasih banyak. 
 
Oh ya, DADD yang dia sebutkan itu tak lain Dinas Pertukaran Akademis Jerman. Tujuan organisasi bersama dari institusi pendidikan tinggi dan asosiasi mahasiswa Jerman itu adalah meningkatkan kerja sama akademis di seluruh dunia, terutama melalui pertukaran mahasiswa, akademisi dan ilmuwan. 
 
Studi di Jerman itu ditempuh Totok dalam lima tahun. Setelah itu dia kembali ke unair untuk mengajar. (*)

Indeks: Menjadi profesor ke-22 FISIP Unair, baca selanjutnya...

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: