Pengalaman Unik Orang-Orang yang Menerima ’’Transplantasi Otak’’

Pengalaman Unik Orang-Orang yang Menerima ’’Transplantasi Otak’’

DUDUK DI KURSI RODA, Ian Burkhart berpose di Columbus, Ohio, 2 Agustus 2013. Pria itu menerima implan elektronik di otaknya.-MEGAN JELINGER-AFP-

Orang-orang ini mendapatkan mukjizat. Otak mereka tiba-tiba berfungsi lagi. Bisa mengendalikan tubuh yang lumpuh. Itu berkat teknologi anyar yang ditanamkan di dalam otak mereka.
 
IAN Burkhart menunduk. Menatap ke tangannya. Ia membayangkan tangan itu menggenggam.
 
Ajaib… Tangan itu benar-benar menggenggam.
 
Momen itu terjadi pada 2014. Tetapi, Ian masih mengingatnya dengan jelas. Dan itulah untuk kali pertama di dunia ada orang lumpuh yang bisa menggerakkan bagian tubuh hanya dengan pikiran.
 
Ya, Ian memang mendapat bantuan. Dengan alat kecil yang ditanamkan di otaknya.
 
’’Momen magis itu membuktikan bahwa semua hal bisa terjadi. Bukan cuma film-film fiksi ilmiah,’’ ucap Ian.
 
 
Kala itu, Ian bergabung menjadi relawan uji coba Brain-Computer Interface (BCI). Atau alat pengubung otak dan komputer. Sebuah teknologi baru yang bisa mendeteksi aktivitas saraf manusia dan menerjemahkannya pada sebuah perangkat keras.
 
Teknologi itu berkembang pesat. Setidaknya ada dua perusahaan BCI yang mendapatkan izin untuk menerapkannya pada manusia. Yakni, Neuralink milik Elon Musk dan Synchron.
 
 
Tujuan teknologi itu sama. Menggunakan implan yang mengukur aktivitas otak lalu mewujudkannya menjadi sebuah algoritma. Data itu lalu dihubungkan ke komputer atau peranti mekanik lain. Bisa untuk mengembalikan aktivitas otot yang hilang, tubuh yang lumpuh, atau bahkan menangani epilepsi.
 

BEKAS OPERASI di atas kuping kiri Ian Burkhart. Lewat sisi itu, ia menerima implan di otaknya.-MEGAN JELINGER-AFP-
 
Meski begitu, respons pemakainya beragam. Misalnya, Ian yang lumpuh pada 2010 karena kecelakaan saat menyelam. Tubuhnya tidak berfungsi dari pundak ke bawah.
 
’’Waktu itu saya berumur 19 tahun. Sampai mengalami gangguan pendengaran,’’ kisah Ian yang dituturkannya kepada Agence France-Presse.
 
Warga Columbus, Ohio, AS, itu tak menyerah. Ia bersedia menjadi relawan uji coba teknologi. Ian ikut program NeuroLife yang digagas Battelle, lembaga nirlaba dari AS. Tujuannya adalah mengembalikan gerakan tangan Ian.
 
 
Maka, lelaki itu tak keberatan menjalani operasi besar. Kepalanya dibuka untuk menanamkan implan sebesar biji kacang. Implan tersebut berisi 100 elektroda, dipasang di bagian otak yang mengatur gerak otot.
 
Alat itu merekam aktivitas otak Ian. Datanya dikirim ke komputer yang menerjemahkan ’’bahasa otak’’ Ian. Gerak tangan seperti apa yang diinginkannya.
 
Komputer itu kemudian mengirim sinyal kepada elektroda yang ada di tangan kanan Ian. Merangsang otot yang relevan untuk bergerak.
 

PERANTI CANGGIH produksi Synchron sedang dipasang di dada Rodney Graham (kanan) oleh Zafar Faraz, insinyur klinis dari Synchron di Melbourne, Australia. Graham menyandang Lou Gehrig Syndrom yang membuat tubuhnya lumpuh. Implan itu membuat otaknya bisa ter-WILLIAM WEST-AFP-
 
Seiring waktu, Ian sudah sedemikian mahir menggunakan sensor otak tersebut. Ia bisa memainkan game Guitar Hero yang membutuhkan gerak otot yang presisi.
 
Tetapi, kegembiraan itu hanya berlangsung selama 7,5 tahun. Dana dari perusahaan menipis. Seluruh peranti di tubuh Ian pun dilepas pada 2021.
 
’’Sungguh menyedihkan,’’ kata pria berumur 32 tahun tersebut.
 
Apalagi, Ian mendapati fakta lain. Bahwa teknologi itu hanya bisa digunakan di laboratorium yang disambanginya dua kali sepekan. Di luar itu, tangannya masih mati.
 
Ian juga menderita karena luka bekas operasi di kulit kepala. ’’Alat itu disekrup di tengkorak. Lalu ada peranti yang mencuat ke luar. Kulit kepala ini berusaha menutup setiap saat. Tetapi tidak bisa karena ada besi yang keluar. Jadinya infeksi,’’ keluhnya.
 
Meski begitu, Ian masih berpikiran positif. Sangat positif. Ia aktif dalam program advokasi peranti BCI. Bahkan, ia ingin alat tersebut benar-benar populer di masa depan. ’’Saat ini, yang bisa dilakukan teknologi itu memang masih sangat kecil. Semoga di masa depan ada kemajuan. Apalagi ada alat yang bisa dipasang permanen,’’ katanya.
 
THOMAS OXLEY, Founder & CEO Synchron, menunjukkan stentrode di kantornya di New York, 9 Agustus 2023. Dawai itu bisa ditanam ke otak untuk mengirimkan pesan ke gadget atau komputer. Agar penyandang Amyotrophic Lateral Scleroris, gangguan saraf penyebab ke-ANGELA WEISS-AFP-
 
Lain lagi dengan Hannah Galvin, mantan balerina berumur 35 tahun dari Australia. Dia mengalami kejang epilepsi yang parah saat berumur 22. ’’Aku mau melakukan apa pun asal hidupku pulih,’’ ujarnya.
 
Karena itu, warga Tasmania, Australia, itu pun mau dipasangi implan otak oleh perusahaan AS NeuroVista.
 
Idenya adalah, alat itu akan memberi warning jika Galvin akan kejang. Agar dia bisa bersiap-siap.
 
Tetapi, alat itu error. Dia sering malu di depan umum karena alat tersebut kerap mengeluarkan cahaya dan berbunyi. ’’Aku menyesal. Rasanya ada sesuatu di dalam kepala saya. Seperti ada robot di dalam tubuh ini,’’ ucapnya.
 
Galvin pun lega saat alat itu dicopot. Kini, dia juga mulai berdamai dengan kejangnya. Meski tidak bisa lagi bekerja kantoran, Galvin hidup bahagia sebagai pelukis dan fotografer di wilayah pedesaan utara Tasmania. Sangat damai… (Doan Widhiandono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: