ISPA dan Diare Pada Anak di Surabaya Masih Tinggi

ISPA dan Diare Pada Anak di Surabaya Masih Tinggi

Pemberian imunisasi anak rutin digelar di puskesmas-puskesmas Kota Surabaya.-Pemkot Surabaya -

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pola hidup sehat dan bersih masih begitu rentan di Kota Surabaya. Buktinya, kasus diare pada balita hingga anak-anak masih sangat tinggi. Sejak Januari hingga Juli sudah tembus 15.896 kasus.

Penyakit diare ini masih sering menyerang balita dan anak-anak melalui infeksi Rotavirus. Terutama di negara-negara dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bahkan, diare menyumbang angka kematian tertinggi nomor dua pada bayi dan balita di Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan mencatat, kasus diare Rotavirus banyak terjadi pada anak-anak di bawah usia 2 tahun. Anak-anak berusia 6-11 bulan dan 12-23 bulan memiliki jumlah kasus diare rotavirus tertinggi. Masing-masing 54,2 persen dan 50,6 persen. 

Yang mengalami gejala berat harus dirawat inap. Kerap terjadi terjadi pada anak dalam kelompok usia 0-36 bulan. Penularan Rotavirus ini melalui jalur fecal-oral, yaitu dari feses penderita yang tidak sengaja masuk ke mulut orang yang sehat.

BACA JUGA:2.665 Unit Motor BBM Milik Pemkot Surabaya Bakal Dilelang, Ganti Motor Listrik

BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas Udara, Dishub Kota Surabaya Giat Cek Emisi Kendaraan Seminggu Sekali

Rotavirus yang keluar melalui feses bisa mengkontaminasi air, makanan, minuman, dan benda-benda yang ada di sekitar. Seperti mainan dan alat dapur. Ini biasanya terjadi jika kebersihan lingkungan dan kebersihan diri penderitanya tidak terjaga dengan baik.

“Anak-anak yang mengalami mual dan muntah berkepanjangan akan kesulitan mendapatkan rehidrasi oral di rumah,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina, Rabu, 23 Agustus 2023. Risikonya, kehilangan cairan tubuh yang berat. 

Dinkes Kota Surabaya pun mulai menggencarkan vaksinasi Rotavirus (RV). Supaya mengendalikan kasus diare. Vaksin ini diberikan secara oral atau diteteskan melalui mulut sebanyak tiga kali dengan jarak pemberian antar vaksin minimal 28 hari. 

Yakni, dengan sasaran bayi usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Dengan batas maksimal pemberian pada bayi usia 6 bulan. “Syarat sama halnya dengan pemberian vaksinasi lainnya. Kondisi sasaran sehat dan memenuhi kriteria usia pemberian serta interval antar vaksin,” imbuh Nanik.

BACA JUGA:Mahasiswa UM Surabaya Ajak Warga Berbisnis Teh dan Jaga Kesehatan

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji: Hao Shi Duo Qian

Selain diare, balita di Surabaya juga rentan terjangkit Pneumonia. Sejak Januari hingga Juli ini sudah mencapai 6.301 kasus. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu pun masih relatif sama. Yakni masih di angka 6.890 kasus.

“Kami juga memfasilitasi vaksinasi Pneumonia melalui imunisasi PCV gratis di puskesmas,” tutur Nanik. Dia pun menghimbau kepada masyarakat supaya selalu memenuhi kebutuhan gizi balita dan anak-anak. Juga menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kegiatan sehari-hari. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: