Pabrik Mulut
Ilustrasi pabrik mulut.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Ada dua arah pembangunan sektor itu. Pertama, pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pokok pangan. Kedua, pertanian untuk komoditas ekspor. Kalau yang pertama menjadi bagian dari program ketahanan pangan, yang kedua untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui jalur devisa.
Ke depan, pertanian untuk pemenuhan pangan harus mulai menjadi agenda prioritas. Presiden Joko Widodo telah meletakkan dasar pembangunan infrastruktur yang relatif merata. Tidak hanya terpusat di Pulau Jawa.
Berikutnya, bagaimana meningkatkan produktivitas infrastruktur yang telah dibangun selama dua periode ini. Manjadikan semua infrastruktur seperti jalan, bendungan, embung, dan sebagainya betul-betul menjadi pengungkit ekonomi rakyat.
Tidak lagi program penguatan ketahanan pangan menjadi program coba-coba. Tanpa pemetaan masalah dan perencanaan yang matang. Tanpa desain tata kelola yang benar. Kementerian yang terkait dengan pangan tak lagi bisa diserahkan menjadi ”sawah”-nya partai politik.
Akan sangat mengenaskan jika negara tropis menjadi negara pengimpor bahan pokok pangan. Sangat ironis jika kita tidak memikirkan bagaimana negeri ini bisa mandiri untuk pemenuhan pangan warganya.
Cara berpikir Kang Giri barangkali bisa ditiru para pemimpin nasional ke depan: Memperbaiki ekonomi petani berarti menaikkan tingkat perekonomian nasional kita. Hayo, siapa para kandidat yang sudah berpikir demikian?
Jangan sampai agenda pembangunan ke depan justru menyemai pabrik mulut di mana-mana. Pabrik yang tidak membuat orang sejahtera. Tapi, membikin gaduh wacana nasional. Tidak produktif pula! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: