Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman

Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman

Ilustrasi Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Seusai memerkosa, pelaku menyeret tubuh korban masuk lebih dalam ke semak. Pelaku kabur, pulang.

Sorenya, di hari itu juga, orang tua korban mencari anak mereka. Mendatangi rumah teman-teman LS, menanyakan keberadaan LS. Semua yang didatangi mengatakan, hari itu LS masuk sekolah, pulang seperti biasa. 

Ortu LS kemudian minta bantuan para tetangga, mencari LS. Hari sudah gelap. Mereka, dengan penerangan senter, melacak jalan yang biasa dilewati LS setiap pulang sekolah. 

Pukul 21.20 itu juga, warga menemukan LS tergeletak di semak. Masuk sekitar 5 meter dari jalan desa. Mereka perkirakan LS sudah meninggal dengan kepala tertancap kayu. Warga lapor polisi. 

Polisi tiba di TKP. Melakukan olah TKP. Jenazah LS dikirim ke RS untuk diautopsi. 

Hasil autopsi, LS meninggal karena cekikan. Tapi, tikaman kayu membantu pelaku mencekik korban lebih keras. 

Hasil lain, memang terjadi pemerkosaan terhadap korban. Tapi, pada dubur. Entah pelaku usia 14 tahun itu belum mengerti atau memang menyasar itu. Belum diungkap polisi.

Jenazah dimakamkan esoknya. Polisi segera mengidentifikasi terduga pelaku yang langsung ditangkap di rumah pelaku di Kelurahan Balai Raja, Kecamatan Pinggir.

Remaja pria usia segitu memang rata-rata sudah aktif seksual. Tepatnya di tahun awal aktif seksual. Namun, keberanian memerkosa, bahkan membunuh dengan cara begitu, sangat jarang. Walaupun, belakangan ini jumlah remaja pelaku pembunuhan terus naik.

Mengapa remaja pria membunuh? Bagaimana menandai remaja pria berpotensi membunuh? Belum ada riset tentang itu di Indonesia. 

Pengetahuan tentang itu penting untuk mencegah remaja jadi pembunuh. Sekaligus warning bagi calon korban. 

Prof Jill Riethmayer dalam bukunya yang berjudul Inside the Heart of a Teenage Killer: What Kids Need in Order to Not Have to Kill (2004) mengulas itu dari sudut pandang psikologis pelaku.

Buku itu hasil riset psikologi-kriminologi terhadap sembilan remaja pria Amerika Serikat (AS) pelaku pembunuhan. Di antara mereka ada duet pembunuh berantai Eric David Harris dan Dylan Bennet Klebold.

Eric kelahiran 9 April 1981 dan Dylan 1 September 1981. Mereka sesama pelajar SMA di Columbine High School, Jefferson, Colorado, AS. Mereka melakukan pembantaian di sekolah mereka pada 20 April 1999. Saat usia mereka 18 tahun. Mereka tewas ditembak polisi di tempat kejadian.

Dalam buku Riethmayer, duo pembunuh itu diriset melalui wawancara dengan keluarga dan teman dekat mereka. Sedangkan, terhadap tujuh responden lain, melalui riset dan wawancara terhadap pelaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: