Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman

Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman

Ilustrasi Pelajar SMP di Bengkalis, Riau, Membunuh dan Memerkosa Teman-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Riethmayer adalah guru besar ilmu psikologi di Psychology Department, Blinn College, Texas.

Disebutkan, problem individu bagi setiap pembunuh adalah perjuangan untuk mendapatkan rasa percaya diri yang kuat. Tepatnya, harga diri atau citra diri yang baik di mata masyarakat. 

Semua remaja pria secara instingtif butuh kepercayaan diri yang kuat. Kepercayaan itu muncul dari hasil citra diri yang dianggap baik oleh teman sebaya mereka. Itu adalah kebutuhan dasar psikologis semua manusia. Sama halnya dengan kebutuhan dasar fisik manusia, yaitu makan dan minum.

Remaja yang tidak mendapatkan kebutuhan dasar psikologis itu tidak selalu jadi pembunuh. Lebih banyak yang tidak membunuh daripada jadi pembunuh. Tapi, semua pembunuh yang diriset tidak punya kepercayaan diri yang kuat. Akibat citra diri yang buruk di mata teman sebaya.

Kemudian, Riethmayer membikin lima dasar sebagai akar kekerasan yang ada pada kondisi psikologis pembunuh, Yakni, pengabaian, rasa malu, kehilangan yang tidak disesali, depresi, dan kemarahan.

Ditarik garis mundur, semua bayi pria butuh enam kebutuhan dasar. Butuh penegasan atau validasi. Butuh sosok idola yang jadi panutan. Butuh punya kembaran atau sosok yang ia anggap setara dengan dirinya. Butuh pesaing dengan teman. Butuh perilaku yang berdampak. Butuh sahabat.

Kebutuhan psikologis itu melekat sejak bayi sampai akhir hayat. Enam kebutuhan dasar psikologis itulah yang membentuk lima kebutuhan dasar di saat pria tumbuh sebagai remaja.

Jika satu di antara kebutuhan dasar itu tak terpenuhi, terjadi kekurangan psikologis. Ada yang lowong. Ibarat sistem mesin, ada komponen yang tidak berfungsi. Orang Jawa menyebutnya: mesin jadi pincang atau dingklang (terseok-seok).

Tapi, lagi-lagi Riethmayer menyebutkan, tidak semua remaja pria yang kekurangan kebutuhan dasar psikologis itu otomatis jadi pembunuh. Sebaliknya, semua pembunuh yang diriset tidak punya kebutuhan dasar psikologis tersebut.

Semua kebutuhan dasar psikologis itu mengerucut pada satu yang paling utama: harga diri. Berarti, dari sudut pandang masyarakat atau teman sebaya. Yang dipersepsikan oleh individu bersangkutan. 

Orang yang merasa dirinya dihargai orang lain, ia mendapatkan kebutuhan dasar psikologis. Walaupun, ada pula orang yang sudah dihargai masyarakat, tapi merasa tidak dihargai. Golongan terakhir itu termasuk mereka yang tidak punya kebutuhan dasar psikologis.

Dalam kehidupan manusia, harga diri awalnya didapat dari ortu. Ayah dan ibu. Jika sejak lelaki lahir tidak dihargai ortu, jelas ia sudah kehilangan harga diri sejak bayi. 

Pada perjalanan usia selanjutnya, ia jadi merasa tidak percaya diri. Akibatnya, setelah remaja dan sudah dihormati orang lain, ia merasa tidak dihormati sebagai individu. 

Pria golongan itulah yang jadi pembunuh pada semua pembunuh yang diriset Riethmayer.

Jadi, intinya karakter pembunuh sudah tercetak sejak bayi. Melalui pengasuhan keluarga atau wali. Cuma, ortu atau wali tidak menyadari, apalagi bagi individu yang bersangkutan. Tiba-tiba jadi pembunuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: