Perayaan Panjebar Semangat Rayakan 90 Tahun Usia dalam Tema Jangan Kepaten Obor

Perayaan Panjebar Semangat Rayakan 90 Tahun Usia dalam Tema Jangan Kepaten Obor

Tabur bunga di pusara Dr Soetomo dalam acara HUT ke-90 Panjebar Semangat. -Julian Romadhon-

Kemudian mereka menuju makam Dr Soetomo di bagian belakang gedung GNI. Di makam itu, para seniman menabur bunga, berdoa dan menyanyikan lagu Padamu Negeri. Lalu menuju pendapa untuk melakukan pementasan.

Pementasan dimulai dengan adegan tokoh berkostum burung garuda sedang menari dengan gagah. Lalu tiba-tiba ia diserang dan dimasukkan dalam kurungan.

Adegan selanjutnya, seorang aktor perempuan yang memerankan tokoh Pertiwi datang dengan obor, mendekat ke arah foto Dr Soetomo dan Cak Durasim. 

Dia melihat sosok pahlawan nasional itu, lalu berujar, "Yo iki salah sijine uwong sing biyen iso dadi padange bongso". Artinya, dia memuji Dr Soetomo yang pernah menjadi penerang bangsa.

Pertiwi melangkah ke kanan, menerangi foto tokoh ludruk sekaligus pahlawan nasional: Cak Durasim. "Biyen sampeyan duwe semangat merjuangno bongso, cak. Saiki, wong apik malah ditampik. Wong jahat malah munggah pangkat. Gede, cilik, enom, tuwo, kabeh wis kepaten obor!," serunya.
Kukuh SSW dalam sambutannya bercerita banyak tentang sejarah Panjebar Semangat dan suka duka dalam mempertahankan eksistensinya. -Julian Romadhon-

Aktor itu mengatakan bahwa semangat perjuangan Cak Durasim hanya ada pada masa lalu. Kini, orang baik malah ditampik. Orang jahat malah naik pangkat. Tua, muda, besar, kecil, semua sudah terlepas dari sifat mulia.

Agung Kassas, penulis naskah, bersama Heri Lentho, sutradara, menghadirkan pertemuan imajiner antara tokoh pergerakan Dr Soetomo bersama Cak Durasim. 

"Cak Durasim, arek-arek iku butuh tuntunan. Saiki aku berjuang nggawe caraku. Sampeyan berjuang nggae cara sampeyan dewe (Anak-anak butuh tuntunan. Sekarang aku berjuang dengan caraku, Anda berjuang dengan cara anda sendiri, Red)," ujar tokoh Dr Soetomo.

Aktor Cak Durasim mengangguk. Seperti lazimnya pementasan ludruk, pasti terdapat humor-humor segar. Selain penampilan ludruk Kepaten Obor, acara itu diramaikan oleh orasi budaya dari Joko Susanto, dosen FISIP Unairi serta musik dari Guruh Dhiemas dan Sahtanta Eka.

Pementasan itu diapresiasi oleh para staf Panjebar Semangat. Dalam sambutan yang disampaikan Kukuh SW, mewakili Pemred Arkandi Sari, ia menceritakan tentang perjalanan panjang Panjebar Semangat. Bahwa majalah itu pernah melalui berbagai gejolak. Dari pelarangan, penyitaan hingga pemberedelan.

Pada era Jepang, semua mesin cetak disita. Semua tim redaksi serta karyawannya ditangkap lantas diasingkan. “Tapi Panjebar Semangat tetap diterbitkan dalam pengasingan mereka. Meski secara diam-diam,” ungkapnya.

Majalah Panjebar Semangat kembali terbit secara terbuka sejak 1949. Hingga kini konsisten menggunakan bahasa Jawa dan masih bertahan. Bagi Kukuh, majalah berbahasa Jawa yang mencapai usia 90 tahun, adalah hal yang luar biasa. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: