Sawung Dance Festival 2023 (1): Silo Karya Hari Ghulur Maknai Tahlil

Sawung Dance Festival 2023 (1): Silo Karya Hari Ghulur Maknai Tahlil

Para penari "Silo" yang membawakan karya Hari Ghulur bergerak dengan bebas seakan di luar kendali tapi terkontrol dengan baik. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

HARIAN DISWAY - Sejumlah koreografer unjuk gelar dalam Sawung Dance Festival 2023. Hari Ghulur, seniman tari asal Madura, menyuguhkan koreografi refleksi diri. Yakni ketika seseorang mengalami gerak ketidaksadaran saat menjalani laku spiritual.

Sering ketika seseorang sedang bertahlil, membaca zikir atau laku spiritual yang lain, tubuh akan bergerak dengan sendirinya. Di luar kesadaran. Orang awam menganggap itu kerasukan jin atau ruh suci dewa-dewi. 

Namun, bagi mereka yang telah mengerti, gerak di luar kendali diri itu adalah kejadian wajar. Ketika seseorang sedang benar-benar dalam kondisi tenang, hening, dan energi kediriannya menyatu dengan energi semesta.

BACA JUGA: Buka Sawung Dance Festival, Seniman Hari Ghulur Maknai Tahlil lewat Tarian Berjudul Silo

Badan dan pikiran saling berkaitan. Bila dalam praktik yoga, itu adalah tanda faktor kundalini dalam diri manusia telah menyala. Letaknya di bagian tulang belakang. Setiap manusia memiliki cakra atau pusat kekuatan yang bila aktif, maka energi yang dikeluarkan akan besar.

Itulah yang dimaknai Hari. Dalam tarian berjudul Silo. Ia mengambil tradisi tahlil dalam budaya Islam. Tradisi yang lekat dalam lingkungan masyarakat Madura. "Saat seseorang sedang dalam keadaan hening, secara spiritual, tubuh mereka akan bergerak dengan sendirinya. Sambil melafalkan zikir," ungkapnya.

Gerak di luar kesadaran itulah yang dieksplorasi Hari. Gerak yang muncul dalam situasi ketika seseorang duduk bersila menyebut nama Tuhan. Dalam keterbatasan melalui posisi duduk itu, manusia bisa menemukan pencerahan spiritualnya. Terutama dalam interaksinya dengan Tuhan.

"Dalam tradisi kita, duduk bersila adalah hal biasa sejak kecil. Sudah terlatih. Dalam kondisi itu, saat berzikir atau bermeditasi, tubuh kita akan bergerak, menemukan pelepasan spiritual," ujarnya. Ia memaknainya sebagai metode yang terbatas. Tapi di situlah seseorang akan meraih sesuatu.

Berjudul Silo, karya Hari itu dipentaskan di hari pertama, 22 September 2023, sebagai pembuka. Ia melibatkan beberapa seniman lain. Arco Renz dari Belgia bertindak sebagai pengonsep adegan atau dramaturgi. Rosemainy Buang dari Singapura sebagai penata musik.

Menurut Rosemainy, di Singapura pun dia akrab dengan tradisi tahlil. Itu bukan hal yang asing baginya. Dia meramu musik Silo dengan sentuhan digital. Menghentak, repetitif atau berulang. Namun, memiliki daya magis.

Selain Hari, ada empat penari lain terlibat. Yakni Patry Eka, Puri Senjani, Errina Aprilyani, dan Angga Tirta Aditya. Mereka memulainya dengan gerakan atraktif di atas panggung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur. Berputar, menari, tak saling bersentuhan. 

Tiap penari memiliki versi geraknya sendiri. Tak selalu sama. Hari membebaskan mereka menjadi dirinya. Bukan menuruti keinginannya sebagai koreografer utama. "Saya hanya memberi garis-garis besar pementasan. Sebab setiap orang memiliki naluri gerak yang berbeda saat sedang menjalani laku spiritual," ujar pria 37 tahun itu.

Dalam Silo, para penari menerjemahkan kata itu. Mereka duduk bersila. Kemudian membalikkan tubuhnya, berputar. Tapi tetap dalam kondisi bersila. Mereka menggunakan tikar dari anyaman bambu dan mengenakan peci. Seperti halnya tahlil.

"Lailahaillallah..," ujar semua penari sembari tetap menari. Mereka membacanya dengan tekanan yang kuat. Seolah sedang menemukan pencapaian spiritual. Bergerak dengan bebas. Seakan di luar kendali. Penari Puri banyak mengeksplorasi gerakan patah-patah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: