Berbagi Wawasan Motif Batik, Komunitas Cinta Berkain Indonesia selalu Adakan Pertemuan dengan Tema

Berbagi Wawasan Motif Batik, Komunitas Cinta Berkain Indonesia selalu Adakan Pertemuan dengan Tema

Anggota Komunitas Cinta Berkain Indonesia berpose dengan bawahan kain bermotif khas dari berbagai daerah. Untuk melestraikannya, kain tersebut tak dijahit maupun dipotong. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

Jumlah anggota komunitas tersebut hingga saat ini mencapai 150 orang. Selain bermain gamelan, mereka memiliki divisi kegiatan seperti angklung, tari dan lain-lain. "Sekarang ini divisi gamelan. Kami latihan rutin setiap seminggu sekali, di bawah bimbingan Pak Bambang Dwi Sumanto," ujarnya.

BACA JUGA: Komunitas Cinta Berkain Indonesia, Lestarikan Wastra Nusantara

Dalam latihan gamelan itu mereka dibantu Mardianto. Siang itu, 27 September 2023, pria itu memegang gong. "Kalau komplit, Pak Mardianto ini memegang bonang. Para ibu bagian balungan," terang perempuan 64 tahun itu. 
Para perempuan anggota Komunitas Cinta Berkain Indonesia melakukan latihan gamelan bersama di Taman Budaya Jawa Timur. -Ahmad Rijaluddin-

Ninuk sendiri memegang kendang. Latihan mereka telah berlangsung selama 5 tahun, setiap hari Rabu. Jadi secara permainan, para ibu itu sudah lumayan.

Bulan Oktober depan, KCBI berencana melakukan kunjungan ke Pracima Tuin, kompleks Puri Mangkunegaran. Kawasan itu pernah menjadi lokasi pernikahan putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep. "Kunjungan untuk piknik sekaligus mengetahui budaya arsitektur khas Mangkunegaran," tutur Enny.

Mereka mengagendakan akan mengunjungi Kampung Batik Kauman. Kawasan yang sangat populer dengan perajin batik. Bahkan telah diakui oleh UNESCO.

"Kami di sana belajar tentang kain batik dan motif-motif khasnya. Untuk soal itu kami memang totalitas. Tak sekadar mengenakan. Tapi paham tentang motif, sejarah, sekaligus filosofinya," ungkapnya.

Kembali mereka memainkan gamelan. Mengulang lagu Gugur Gunung, tembang yang mereka sukai. Tripod teks terpasang di depan.

Masing-masing memukul bilah-bilah logam. Dilanjutkan dengan mithet atau memegang bilah tersebut usai dipukul. Agar suara yang dihasilkan tak menimbulkan gema. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: