Lansia di Pulogadung Ditembak Maling dan Analisis Kriminologi

Lansia di Pulogadung Ditembak Maling dan Analisis Kriminologi

Komplotan perampok bersenjata api dibekuk polisi usai melancarkan aksinya di minimarket di Kembangan, Jakarta Barat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Setelah korban punya ilusi kematian dalam imajinasi, otomatis korban bakal pasrah. Akhirnya menuruti perintah pelaku.

Tapi, ini teknik penjahat yang rahasia: selain menciptakan ilusi kematian pada korban, pelaku harus cepat-cepat membuat korban tenang. Itu dua hal kontradiktif yang dilakukan perampok dalam tempo beberapa detik. 

Seumpama korban sudah punya ilusi kematian, tapi penjahat terlambat membuat korban tenang, hasilnya bisa fatal. Korban bisa mendadak menjerit atau berteriak-teriak. Akibatnya, orang di sekitar tahu bahwa terjadi perampokan. Situasi seperti itu membahayakan pelaku. Sebentar lagi ia bakal dikeroyok massa.

Dua hal itu, ilusi mati dengan todongan pistol, Lantas membuat korban tenang. Selalu dilakukan perampok dalam hitungan detik. Sekitar tiga sampai lima detik. Kalau lewat dari itu, korban bisa berteriak.

Kalimat populer yang dikatakan perampok terhadap korban adalah begini: ”Jangan bergerak. Ini perampokan. Jangan ubah ini jadi pembunuhan.”

Sambil berkata begitu, perampok mendekatkan moncong senjata ke tubuh korban. Tanpa terlihat orang lain di sekitar.

Itu bakal menyadarkan korban atau rasio korban langsung membuat kesimpulan, lebih baik menuruti permintaan perampok daripada melawan atau berteriak. Alhasil, perampokan sukses. Tanpa korban jiwa.

Dari buku Luckenbill, jika diterapkan pada kasus maling motor yang menembak Amir, justru berkebalikan dari teori. 

Pelaku sudah menggambar lokasi, mencari area blind spot. Dan, ternyata justru blind spot dari arah pelaku. Amir bisa memantau pelaku. Pelaku tidak bisa melihat Amir. Sebab, Amir berada di dalam rumah yang sore itu lebih gelap dibanding lokasi pelaku di halaman depan.

Ketika Amir menangkap tangan pelaku, justru pelaku yang kaget. Otomatis, pelaku yang melawan korban dengan cara menembak. Bukan sebaliknya.

Situasi itu sangat berbahaya bagi korban. Seumpama pistol maling berpeluru tajam, Amir bisa fatal. Cara paling aman, Amir cukup berteriak-teriak tanpa mendatangi maling. Efeknya, maling bakal kabur tanpa menembak. 

Dengan demikian, tujuan menggagalkan pencurian sukses. Amir pun tidak ditembak. Malingnya tetap bisa ditangkap warga.

Analisis itu bisa berguna jika calon korban berpikir tenang saat jadi korban pencurian atau perampokan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: