Hari Santri 2023: Jalan Sehat untuk Mengenang Resolusi Jihad

Hari Santri 2023: Jalan Sehat untuk Mengenang Resolusi Jihad

Puluhan ribu massa mengikuti jalan sehat Hari Santri Nasional 2023 yang start di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, 21 Oktober 2023. -FOTO: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam Jalan Sehat Santri, 21 Oktober 2023, menyampaikan pada awak media tentang keistimewaan Hari Santri Nasional (HSN 2023) yang jatuh pada 22 Oktober esok.

Baginya, hari itu adalah momen ketika para ulama dan santri bergabung dengan para pejuang rakyat Surabaya untuk melawan penjajah. "Saat itu mereka menyerukan jihad fi sabillilah demi mempertahankan negeri ini," katanya.

Pun, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa Hari Santri Nasional untuk memperingati Resolusi Jihad yang dicetuskan KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). 

"Tidak hanya pesantren. Tak hanya kalangan santri. Dalam Resolusi Jihad, semua sama-sama berjihad. Bersatu demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia," katanya.

BACA JUGA:Hari Santri 2023: Puluhan Ribu Peserta Ramaikan Jalan Sehat Bersama Menteri Agama, Ketua Umum PBNU dan Gubernur

BACA JUGA:Naskah Lengkap Resolusi Jihad, Fatwa KH Hasyim Asy'ari yang Kobarkan Perlawanan Rakyat dan Santri Melawan Penjajah

Landasan dipilihnya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional adalah karena Resolusi Jihad dikeluarkan pada 22 Oktober 1945. Saat 21 Oktober, KH Hasyim mengumpulkan seluruh kiai dari Jawa dan Madura.

Lantas, pada 22 Oktober dikeluarkanlah keputusan Resolusi Jihad itu. Bahwa membela tanah air dari penjajah, hukumnya adalah wajib. Resolusi itu menyebar di kalangan santri, hingga meluas ke masyarakat umum.

Media lokal saat itu juga turut memuat poin-poin Resolusi Jihad. Seperti ANTARA pada 25 Oktober, serta Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta dan Harian Suara Masyarakat memuatnya pada 27 Oktober 1945.

Resolusi itu memicu perjuangan masyarakat Surabaya untuk bertempur melawan Sekutu, pada 27-30 Oktober yang mengakibatkan tewasnya Brigjen AWS Mallaby. Hingga Inggris yang diboncengi NICA marah, lalu mengeluarkan ultimatum agar pejuang Indonesia menyerahkan senjata.

Peringatan untuk menyerahkan senjata itu diabaikan oleh masyarakat Surabaya. Mereka melakukan perlawanan besar-besaran yang terjadi pada 10 November 1945, yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan. 

Dalam catatan Abdul Hakim Mahfudz dari Pesantren Tebuireng berjudul Menelisik 10 November dan Aktualisasinya bagi Pejuang Pemuda Masa Kini, pada 9 November pasca ultimatum Inggris, pukul 15.00 usai menghadiri Kongres Masyumi di Yogyakarta, KH Hasyim menyerukan fatwa jihad untuk membela Surabaya.

Fatwa itu menyebar, ditanggapi oleh pasukan PETA dan Hisbullah dari kalangan pesantren di Jawa, Madura dan Bali. 

Maka terjadilah pergerakan massa dalam jumlah besar menuju Surabaya. Dalam perjalanannya, banyak masyarakat ikut bergabung untuk berperang menghadapi Sekutu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: