Media Framing Kasus Firli-SYL
Ilustrasi media framing kasus pemerasan vs korupsi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Perkara pemerasan pimpinan KPK terhadap tersangka korupsi, mantan Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL), didiskusikan di Jakarta Senin, 30 Oktober 2023. Tiga pembicara heran, perkara korupsi SYL yang lebih dulu diusut malah tenggelam oleh perkara pemerasan. Ada apa ini?
KEHERANAN itu disampaikan pembicara, guru besar hukum pidana Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Prof Romli Atmasasmita. Ia menyatakan heran. Sebab, kasus dugaan korupsi yang dilakukan SYL saat ini malah terpinggirkan.
Prof Romli: ”Jadi, perkara dugaan korupsi dengan tersangka SYL dan kawan-kawan harus menjadi perkara yang didahulukan. Karena, itulah yang utama dan sudah diusut KPK lebih dulu dibanding kasus dugaan pemerasan.”
BACA JUGA:Rumah Firli Digeledah, Nihil Penyitaan
BACA JUGA:Eks Mentan SYL Ditahan, Kasus Pemerasan Bagaimana?
Tapi, kasus pemerasan adalah kasus luar biasa alias spesial.
Romli: ”Menjadi kasus yang luar biasa karena dilakukan ketua KPK yang mempunyai pangkat bintang tiga sekaligus pimpinan KPK yang semestinya memberantas korupsi.”
Pembicara lain, pakar komunikasi politik Emrus Sihombing, mengatakan bahwa relasi politik dan hukum tidak akan pernah berdiri sendiri dan pasti terjadi hubungan yang saling berpengaruh (prosessual).
Menurutnya, secara sosiologis, pelaporan dugaan pemerasan tak bisa lepas begitu saja dari dugaan tindak pidana korupsi yang sudah terlebih dahulu diproses.
BACA JUGA:Isu Pemerasan Eks Mentan SYL, Whaow… KPK Ngegas
BACA JUGA:Mahfud MD: Sudah Tersangka KPK, Tidak Mudah Mentan SYL Kabur
Dilanjut: ”Maka, jika kita secara jernih melihat persoalan dugaan kasus korupsi dan pemerasan, kasus korupsi harus diutamakan. Ternyata sekarang yang menonjol malah perkara dugaan pemerasan. Ini terbalik.”
Dilanjut: ”Publik harus kritis melihat relasi penanganan dugaan kasus korupsi dan dugaan pemerasan.”
Sampai di situ, Emrus seperti lupa. Bahwa publik tidak mungkin bersikap dalam perkara tersebut. Polda Metro Jaya bergerak lebih cepat dan lebih atraktif daripada KPK menangani korupsi SYL dan kawan-kawan. Dengan begitu, publik cuma penonton dari semua pertunjukan yang dimainkan aparat penegak hukum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: