Album sonic/panic Libatkan 13 Musisi Rilis demi Membersihkan Indonesia
Para musisi yang terlibat dalam album sonic/panic menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. -sonic/panic-
HARIAN DISWAY - Berangkat dari kesadaran dan kekhawatiran dengan krisis iklim, 13 musisi Indonesia dari berbagai genre bergabung dalam album kompilasi. Bertajuk sonic/panic. Mereka menyuarakan salah satu isu paling darurat di dunia: lingkungan hidup.
Iga Massardi, Endah N Rhesa, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuantigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, dan Prabumi. Itulah para musisi yang terlibat dalam album kompilasi sonic/panic.
Mereka membawa karakter dan gaya musik mereka masing-masing ke dalam kolaborasi itu, yang diproduksi oleh Alarm Records, label rekaman sadar iklim pertama di Indonesia yang dibentuk oleh ke-13 musisi yang terlibat dalam inisiatif itu.
BACA JUGA: Duh! Jungkook BTS Rilis Preview Album Golden, Hate You Bikin Galau Maksimal!
Gagasan untuk membuat album kompilasi sonic/panic muncul setelah ke-13 musisi itu berkumpul di Bali beberapa bulan lalu guna mengikuti workshop serta diskusi soal isu iklim. Termasuk mendiskusikan bagaimana berkontribusi mereka dalam mengatasi isu tersebut.
Endah N Rhesa menyanyikan lagu mereka yang masuk dalam album kompilasi sonic/panic. -sonic/panic-
Album sonic/panic terdiri dari 13 lagu dari 13 musisi dengan berbagai genre. Seperti hip-hop, rock, blues, electronica, reggae, pop, hingga world music. Topik yang diangkat di tiap lagu memiliki beragam isu terkait lingkungan hidup. Seperti krisis iklim, degradasi alam, polusi plastik, dan panggilan untuk aksi nyata secara kolektif.
“Aku paling cengeng sepanjang workshop dan sempat mengalami mental breakdown di hari kedua. Ini masalah yang berat. Sebagai musisi, kami harus punya cara untuk mengekspresikan kekhawatiran dan ketakutan,” ujar Endah Widiastuti, personel Endah N Rhesa.
"Bukan bermaksud menakut-nakuti. Faktanya ada semua. Bahwa di kurun waktu tertentu, krisis ini akan terjadi. Pasca workshop waktu itu aku hampir tidak bisa ikut press conference di Bali karena aku merasa hancur melihat kenyataan yang terjadi,” tambahnya.
Menurutnya, harus ada gerakan masif. Semua pihak perlu terlibat demi generasi yang akan datang. “Rasanya tidak adil kalau kita sudah tua atau sudah tidak ada tetapi menyisakan suatu hal yang tidak kita perjuangkan dengan baik,” tambahnya.
BACA JUGA: Paul McCartney dan Ringo Starr Rilis Single Terakhir
Rapper Upi atau Tuantigabelas merasakan pengalaman yang hampir sama. “Saya 'menyesal' mengikuti workshop di Bali waktu itu karena dipaparkan fakta yang banyak dan menakutkan," ungkapnya. Ia mengisahkan, hari pertama semuanya masih bisa ngobrol. Hari kedua, semua terdiam.
"Bagaimana nasib bumi kita? Faktanya bikin kita bengong. Aku sama Endah sempat makan bareng, lalu saling pandang dan kami tanpa sadar menangis. Ini serius sekali. Ini adalah tongkat estafet yang harus disampaikan dalam bentuk yang aku tahu yaitu musik,” ujarnya.
Menurut Upi, seluruh lagu dalam album itu merupakan suara terdalam dari para musisi. “Ini adalah lagu yang paling sulit yang pernah saya tulis. Khawatir, putus asa, tapi harus punya harapan karena saya punya tiga anak. Saya tidak mau bumi ini habis begitu saja buat generasi berikutnya,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gede Robi dari Band Navicula mengungkapkan bahwa musisi sebagai bagian dari masyarakat ingin terlibat dalam menyuarakan isu itu melalui sonic/panic.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: