Mendokumentasikan Sejarah Perjuangan Bassra: Ulama Eksis Mengawal Pembangunan Madura

Mendokumentasikan Sejarah Perjuangan Bassra: Ulama Eksis Mengawal Pembangunan Madura

Suasana pertemuan ulama Bassra di Pamekasan pada 23 Oktober 2023 lalu. Mereka inilah yang sampai kini tetap eksis mengawal berbagai pembangunan untuk kemajuan Madura. -Purnawan Basundoro-

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Muthmainnah yang terangkum dalam buku Jembatan Suramadu: Respon Ulama terhadap Industrialisasi, para ulama pada umumnya menyoroti posisi masyarakat Madura dalam industrialisasi yang sedang dirancang oleh pemerintah. 

Mereka menganggap bahwa proses perubahan radikal yang akan dilakukan di Madura harus diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia secara radikal pula tanpa mengabaikan unsur-unsur keagamaan.

Setelah melalui tarik ulur yang alot, pada akhirnya tercapai kesepakatan antara pemerintah dengan para ulama Bassra pada 1994, dengan dikeluarkannya pokok pikiran ulama Bassra yang disetujui oleh pemerintah.

Inti dari pokok pikiran yang terdiri dari sembilan poin adalah bahwa para ulama akan ikut berperan dalam pembangunan nasional. Salah satunya pembangunan Jembatan Suramadu. Bassra berharap jangan sampai pembangunan itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 

Sebagai bagian dari sejarah bangsa Indonesia, ulama adalah kelompok sosial keagamaan yang dianggap memiliki ilmu dan wawasan keagamaan yang jauh lebih luas dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan. Kedudukan istimewanya bahkan sering dikaitkan sebagai sosok yang meneruskan peran kenabian di dunia.

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran ulama. Perjuangan perlawanan terhadap penjajah sejak periode paling awal telah melibatkan ulama di berbagai daerah.

Studi yang dilakukan oleh sejarawan Sartono Kartodirdjo mengenai pemberontakan petani Banten pada 1888, menunjukkan bahwa ulama memiliki peran sentral dalam pemberontakan melawan penjajah Belanda tersebut.

Pergerakan kebangsaan yang marak terjadi pada awal abad ke-20, juga tidak bisa dipisahkan dari pemikiran dan peran langsung para tokoh Islam tersebut. Bisa disebutkan misalnya HOS Cokroaminoto yang memimpin Sarekat Islam, Kyai Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah, Kyai Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdatul Ulama, dan lain-lain.

BACA JUGA: Persembahan 1 Abad Nahdlatul Ulama, Presiden Jokowi Resmikan Gedung Tower RSIS Ahmad Yani

Pada masa kemerdekaan peran ulama jauh lebih menonjol. Utamanya dalam upaya membangun sumber daya manusia melalui berbagai lembaga pendidikan yang mereka dirikan. 

Sebagai penerus Nabi, ulama merupakan kekuatan moral yang berkewajiban mengingatkan kepada pihak-pihak yang memiliki kecenderungan untuk melakukan kesalahan dan bertindak berlebihan.

Mengenai perannya tersebut sering kali ulama harus berhadapan dengan kekuasaan yang kurang berkenan dengan masukan dan kritikan. Beberapa tokoh ulama bahkan harus masuk penjara hanya karena berseberangan dengan penguasa. Betapa pun berat perjuangan yang dilakukan para ulama, tidak sekalipun menyurutkan langkah mereka untuk berbuat kebaikan. 

Kini pun, dengan selesainya pembangunan Jembatan Suramadu tidak lantas menyurutkan langkah para ulama yang tergabung dalam Bassra. Mereka tetap eksis mengawal berbagai pembangunan untuk kemajuan Madura. Peran mereka dalam sejarah Madura itu tentu saja tidak boleh dilupakan. Harus tercatat dalam narasi tertulis yang lengkap. 

Untuk keperluan tersebut, maka penyusunan buku sejarah perjuangan ulama Bassra itu sangatlah penting. Buku itu diharapkan akan menjadi dokumen mengenai perjuangan para ulama Madura yang terhimpun dalam Bassra yang bisa dibaca oleh generasi mendatang. (Oleh: Purnawan Basundoro, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: