Rayakan Hari Pahlawan, Midtown Hotel Angkat Tokoh Pahlawan Achijat si Alap-Alap Simokerto

Rayakan Hari Pahlawan, Midtown Hotel Angkat Tokoh Pahlawan Achijat si Alap-Alap Simokerto

Putra pahlawan Letnan Achijat yang menceritakan tragedi terbunuhnya Mallaby di tangan bapak mereka. -Dewi-

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Bagai menghidupkan kembali obor perjuangan pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945, Midtown Hotel Surabaya mengangkat tokoh di balik peristiwa besar itu, yakni Letnan Achijat

Perbicangan tentangnya digelar dalam talkshow bertajuk Selayang Pandang Letnan Achijat, pada Jumat, 10 November 2023 dalam rangka merayakan Hari Pahlawan yang sangat identik dengan Surabaya.

Tujuan diangkatnya sosok Achijat adalah bentuk apresiasi sebagai warga Surabaya. Sekaligus menghormati almarhum sebagai pahlawan pejuang dari Surabaya. Alasan lain adalah tidak pernah diketahuinya sosok Achijat dalam pelajaran perlawanan 10 November di Surabaya.

Acara dibuka dengan pemutaran video profil sosok Letnan Achijat yang disebut sebagai alap-alap Simokerto. Sebelum itu, ada mengheningkan cipta diiringi puisi berjudul Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang karya WS Rendra.
Keluarga Letnan Achijat membawa buku catatan harian Letnan Achijat dari kulit domba. -Dewi-

Pembicara pada talkshow ini adalah cucu dan dua anak Achijat, serta seorang putra pahlawan Bung Tomo. Cucu Achijat yang membagi cerita pada kesempatan kali ini bernama Alki Kiraamim Barara, dua putra Achijat adalah Ahmad Akbar Achijat dan Nurmansyah Achijat. Turut hadir putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo.

Pembicaraan dimulai oleh Alki, cucu Achijat. Ia dengan lantang bercerita bahwasannya kakeknyalah yang berhasil membunuh pimpinan pasukan Inggris, Mallaby. Ketidaksengajaan menembak seorang yang tak diketahui Achijat ternyata menyebabkan pecahnya perlawanan 10 November 1945 kala itu.

Meskipun dirinya tak pernah bertemu dengan kakeknya, sejarah membawanya mengenali sosok kakeknya melalui dokumen keluarga dan cerita lisan neneknya, Siti Nurma, yang kemudian dicocokkannya dengan sejarah yang ia baca.

Alki pun bercerita bagaimana dekatnya sosok Achijat dan Bung Tomo. Ia megatakan bahwa mereka berdua adalah sahabat sejak kecil, mereka berteman sejak sama-sama berjualan koran di KBI.

Pembicaraan dilanjut ke pada Akbar. Dirinya bercerita bahwasannya proses diketahuinya Achijat yang menembak Mallaby adalah ketika Achijat hendak pergi berhaji dan diadakan pertemuan perpisahan.

Sebab pada zaman dahulu ketika berhaji jarang orang bisa kembali lagi, sehingga diadakannyalah pertemuan perpisahan dengan maksud memberi tahu rahasia yang belum diketahui sanak saudara.

“Pada pertemuan perpisahan itu Achijat mengakui bahwa dirinya yang menembak Mallaby,” tutur putra Achijat itu. 

Dalam acara tersebut, dibawa pula buku harian catatan Letnan Achijat yang berasal dari kulit kambing yang diperkirakan telah ditulis sejak usia 17 tahun. “Buku ini istimewa buat kami,” ujar Akbar, lelaki berkacamata itu.
Eva, istri Letnan Achijat yang ikut hadir dalam acara selayang pandang di Midtown Hotel Surabaya. -Dewi-

Bambang Sulistomo menambahkan, bahwa Achijat yang diketahuinya adalah sosok yang religius. Terbukti dengan bergabungnya Achijat ke dalam laskar hizbullah dan pernyataannya tentang alasan berperang.

“Achijat percaya apabila berperang atas nama tanah air, dan kemudian mati maka matinya syahid,” tutur lelaki berbaju hitam tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: liputan langsung