Hari Guru Diisi Janji-Janji Gaji

Hari Guru Diisi Janji-Janji Gaji

Ilustrasi Hari Guru yang diisi janji-janji gaji.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Kalau gaji per guru per bulan Rp 30 juta –atau katakanlah rata-rata Rp 20 juta per bulan karena ada guru yang baru masuk menurut Ganjar bakal digaji Rp 10 juta per bulan– apakah mampu keuangan negara?

Ternyata, sudah dihitung Ganjar. Begini katanya.

”Saya hitung, dong. Hari ini saya minta tolong, kalau anggaran kita keluarkan agar bonus demografi itu betul-betul kita swicth, ending-nya kita dapat dividen (keuntungan). Saya minta hitung, bisa mulai dari berapa gaji guru? Dan, ternyata itu bisa.”

Menurut hitungan Ganjar, janjinya itu realistis. Bisa diwujudkan. Kalau ia menang, kelak. Tapi, entah, apakah rakyat (terutama para guru) percaya atau tidak? 

Seumpama Ganjar menang dan merealisasikan itu, lalu bagaimana dengan gaji TNI, polri, sipir penjara, atau ASN lain, yang sekarang paling tinggi, untuk golongan tertinggi, bukan pejabat publik, take home pay sekitar Rp 6 juta per bulan? Apakah mereka tidak demo minta naik gaji? 

Kandidat lain bicara lain lagi. Bicara, maksudnya, adalah janji-janji kepada publik. Berupa kampanye, tapi mereka ogah disebut kampanye. Sebab, kampanye pemilu baru dimulai 28 November 2023.

Cawapres Muhaimin Iskandar, dalam sambutan pemberian beasiswa pendidikan dan hari guru di Cikao Park, Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu, 25 November 2023, mengatakan seperti ini. 

”Ketika terjadi bom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, yang paling pertama dihitung oleh pemerintah Jepang adalah berapa jumlah guru yang tersisa? Hal itu menegaskan pentingnya peran guru dalam proses pembangunan bangsa (Jepang).” 

Nah, di Indonesia gaji guru kecil. Katanya, sampai para guru tiap hari makan mi instan, bahkan cuma lauk kerupuk.

Muhaimin: ”Guru sekolah masih ada gajinya, meskipun kecil. Guru ngaji tidak ada gaji. Insya Allah nanti kalau AMIN berkuasa, ada jalannya.”

Ia tidak menyebut nominal. Ia menjanjikan, ada jalannya. Bisa ditafsirkan, bakal ada gaji. Janji itu pun ditepuk sorak hadirin, yang para guru ngaji dan mahasiswa, itu. Riuh sekali. Sudah pasti publik suka janji-janji. Daripada kosong.

Sementara itu, para guru tetap prihatin. Dalam sepi. Benar-benar lauk kriuk kerupuk. Mereka rajin bertepuk sorak setiap lima tahun sekali. Oleh janji-janji. Sesudah itu sepi lagi. Kerupuk lagi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: