Tak Hanya Jawa, Tiongkok Punya Wayang Kulit sebagai Warisan Budaya
Tak hanya Jawa, Tiongkok punya wayang kulit sebagai warisan budaya. Sebuah karya seni wayang kulit yang dibuat oleh Wang's Shadow dipamerkan pada KTT Tiongkok-Asia Tengah di Xi'an pada bulan Mei.-china daily-chinadaily.com.cn
Pada tahun 2019, Dang mendaftar di Universitas Northwest di Xi'an untuk mengambil jurusan biologi. “Saya senang mempelajari biologi, termasuk meneliti hewan pegunungan yang menarik seperti monyet emas,” ujarnya.
Karena pandemi ini, ia mengambil sebagian besar kelasnya secara online, yang memberinya lebih banyak waktu untuk mengambil alih bisnis keluarga, dan ia telah menunda kelulusannya selama satu tahun untuk memberikan perhatian lebih dalam mempromosikan budaya wayang kulit.
Selama KTT Tiongkok-Asia Tengah di Xi'an pada Mei, Dang dan timnya merancang lorong sepanjang 10 meter dengan wayang kulit untuk para peserta.
Tak hanya Jawa, Tiongkok punya wayang kulit sebagai warisan budaya. Sebuah wayang kulit kolaboratif karya Wang's Shadow yang bermitra dengan game seluler.-china daily-chinadaily.com.cn
BACA JUGA:Umbul-Umbul Demit, Nostalgia Generasi Jadul di Pameran Karena Ku SuWayang
“Kami menggunakan boneka-boneka tersebut untuk mengilustrasikan pahlawan perempuan dari film, serta banyak adegan dan peta penuh warna yang menggambarkan negara-negara yang terlibat dalam Belt and Road Inisiative," kata Dang.
Boneka Wang's Shadow sebagian besar ditujukan untuk dikoleksi. Namun, menurut Dang, itu bukanlah satu-satunya pilihan. Timnya memiliki sekitar 10 pengrajin, sebagian besar berusia paruh baya, yang telah belajar bersama ibu dan kakeknya selama bertahun-tahun.
Tahun ini, dengan dukungan keluarganya, Dang memperluas tim dan ingin terlibat dalam lebih banyak proyek budaya dan inovatif.
“Kita perlu memadukan wayang kulit ke dalam kehidupan kita, agar menarik bagi generasi muda. Sehingga tradisi budaya ini bisa berkembang, dan tidak hanya terbatas pada pameran museum yang tak bernyawa,” tambahnya.
Ia membayangkan jika kelak ia dapat memasukkan unsur-unsur wayang kulit ke dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk pakaian, makanan, perumahan, dan transportasi, melalui kolaborasi yang lebih interdisipliner.
“Tujuan kami adalah menunjukkan keunggulan budaya tradisional kami, dan kemampuannya dalam menghasilkan kreasi yang luar biasa. Begitu masyarakat menyadari bahwa wayang kulit bisa menjadi sesuatu yang keren, maka kecenderungan alami mereka adalah untuk bisa ikut terlibat,” katanya.
Selain pameran dan pertunjukan di dalam dan luar negeri, Wang's Shadow telah mencoba banyak cara lain untuk menampilkan dan mempromosikan wayang kulit, termasuk kerjasama crossover dengan seniman dan sutradara, dan meluncurkan produk budaya, dan berbagai hal inovatif.
Salah satu rencana Dang adalah mendekorasi ulang hotel bertema wayang kulit mereka di Beijing pada akhir tahun. Tempat itu dibuka kembali pada bulan Juli setelah pandemi dan biasanya sudah penuh dipesan.
Tak hanya Jawa, Tiongkok punya wayang kulit sebagai warisan budaya. Sebuah wayang kulit kolaboratif karya Wang's Shadow yang bermitra dengan game seluler.-china daily-chinadaily.com.cn
“Kami mengadakan pertunjukan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, dan kami juga mengajari para tamu membuat boneka,” katanya. “Dulu hotel ini lebih bersifat tradisional, namun kami mengintegrasikan budaya tradisional ke dalam gaya hidup modern,” imbuh Dang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: