Tak Hanya Jawa, Tiongkok Punya Wayang Kulit sebagai Warisan Budaya
Tak hanya Jawa, Tiongkok punya wayang kulit sebagai warisan budaya. Sebuah karya seni wayang kulit yang dibuat oleh Wang's Shadow dipamerkan pada KTT Tiongkok-Asia Tengah di Xi'an pada bulan Mei.-china daily-chinadaily.com.cn
Dang telah menerima warisan keluarga. Ia tidak hanya terampil memadukan karya tradisional dan kontemporer, tapi juga memelopori metode untuk meningkatkan presentasi dan pelestarian warisan budaya tersebut, terutama cara mengintegrasikan bentuk seni kuno ke dalam kehidupan sehari-hari.
Berkolaborasi dengan dua influencer terkemuka, itu merupakan langkah strategis untuk memperkenalkan dunia wayang kulit kepada para generasi muda, termasuk pengikut kedua influencer tersebut.
Dang menyebut bahwa keduanya sangat serius menjalani masa magang mereka. “Jiuyue punya dasar dalam melukis, jadi dia belajar dengan cepat. Sementara Buaichifan, setelah bereksperimen dengan berbagai kerajinan tangan, juga cepat menguasainya. Keduanya menjalani pelatihan dengan sangat serius,” katanya.
BACA JUGA: Sedekah Bumi Kampung Pecinan ke-127 Masukkan Wayang Kulit Masuk Agenda Pariwisata Surabaya
Tak hanya Jawa, Tiongkok punya wayang kulit sebagai warisan budaya. Dang (tengah) bersama kakeknya Wang Tianwen (kiri) dan ibunya Wang Haiyan. Mereka menuntun Dang mengerjakan wayang kulit.-china daily-chinadaily.com.cn
Buaichifan mengatakan bahwa Dang dan guru-guru lain yang bekerja bersamanya dengan murah hati menularkan pengetahuan mereka.
"Dengan harapan generasi muda menemukan cara untuk menyampaikan esensi wayang kulit dengan cara yang sesuai dengan generasi muda masa kini," ungkapnya.
Ia melanjutkan, pada zaman ketika smartphone belum ada, pertunjukan tradisional adalah hal yang membuat Rakyat Tiongkok terhibur selama ribuan tahun.
"Tanpa alat peraga atau tim aktor yang rumit, seorang pemain mampu membangkitkan keagungan kisah masa lalu, melintasi ribuan tahun,” katanya.
Jiuyue juga menimpali "Boneka-bonek bayangan kecil ini bukan saja karya seni, mereka mewujudkan sebuah fragmen sejarah, sepotong budaya, dan sebuah bab dalam sejarah kesenian rakyat Tiongkok," paparnya.
Seperti yang dijelaskan Dang, wayang kulit Tiongkok berakar pada Dinasti Han (206 SM-220 M), dan tradisi Shaanxi telah dikaitkan dengan seni kerajaan sejak awal, dan dikenal karena keahliannya yang sangat indah.
“Kesenian ini berangsur-angsur beralih dari kesenian kerajaan ke kesenian rakyat, menyebar ke luar dengan Shaanxi sebagai pusatnya. Anda bahkan dapat menelusuri keberadaannya di sepanjang Jalur Sutra,” kata Dang, yang lahir dan besar di Xi'an.
Dari menyaksikan kakek dan ibunya membuat wayang kulit sejak kecil, lambat laun Dang memperoleh keterampilan itu.
“Ini seperti berdiri di samping seorang koki, mencium aromanya dan secara intuitif mengetahui bahan apa yang harus ditambahkan ke dalam panci,” katanya.
Teknik inti pembuatannya terletak pada seni mendorong kulit, sementara ujung pisaunya tetap diam. Kulit sapi atau banteng yang kuat digerakkan pada tepi pisau, menghasilkan garis-garis yang tidak hanya tajam dan bersih, tetapi juga rumit dan halus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: