Panik! Warga Israel Borong Senjata Api, Pengajuan Izin Meningkat 600 Persen

Panik! Warga Israel Borong Senjata Api, Pengajuan Izin Meningkat 600 Persen

Elad Portal, seorang agen real estat berusia 38 tahun dan mantan tentara Israel, saat mempraktikkan prosedur pertahanan dengan warga sipil lainnya. Pemerintah Israel melonggarkan peraturan kepemilikan senjata api sejak serangan 7 Oktober 2023. -The Wall Street Journal-

Sedangkan, di awal tahun 2023, angkanya hanya mencapai 36.000 izin.

Sekitar 85.000 lisensi dan izin bersyarat telah diterbitkan dalam beberapa periode terakhir.

Liran Kaminer, seorang warga Israel usia 50 tahun, telah mengajukan izin kepemilikan senjata api.

Sebelum itu, dia juga memiliki persenjataan untuk melindungi dirinya, seperti kapak, pisau, hingga bom molotov.

“Saya seorang hippie. Saya orangnya damai, saya tidak suka soal senjata ini. Jika tentara tidak dapat melindungi saya, saya harus melindungi diri saya sendiri,” kata Kaminer, dilansir dari The Wall Street Journal.


Liran Kaminer, seorang warga Israel berusia 50 tahun, yang mengajukan permohonan izin kepemilikan senjata api. Pemerintah Israel melonggarkan peraturan tersebut sejak serangan 7 Oktober 2023. -The Wall Street Journal-

Di sisi lain, peningkatan permohonan izin kepemilikan senjata api juga meningkatkan kekhawatiran di kalangan warga Israel.

Mereka khawatir konsekuensi yang dapat membahayakan warga sipil lain ketika penggunaan senjata api semakin meluas.

Misalnya, seorang warga sipil pernah menggunakan senjata api pribadinya untuk menembak tentara Hamas di Yerusalem pada Kamis, 30 November 2023.

Namun kemudian, dia ditembak oleh pasukan Israel yang dikira dia adalah seorang penyerang.

“Kami tidak bisa memberikan senjata kepada semua orang. Lihat saja apa yang terjadi di Amerika Serikat di mana senjata diberikan dengan sangat mudah…Kami tidak ingin mengalami situasi seperti itu,” kata Yosef Sebdon, pensiunan brigadir jenderal kepolisian Israel.

“Saya sangat khawatir orang-orang yang tidak bersalah akan terbunuh,” lanjutnya.

BACA JUGA:Simbolis Bayi Yesus dalam Reruntuhan Bangunan, Perayaan Natal Gereja Lutheran di Betlehem

Para penentang pelonggaran undang-undang pengendalian senjata mengatakan bahwa hal itu berisiko memicu kekerasan antara warga Yahudi dan Arab di Israel, suatu hubungan yang sudah tegang sejak lama.

“Senjata-senjata ini tidak akan digunakan untuk melawan Hamas, mereka tidak akan digunakan di garis depan,” kata Mohammad Darawshe, direktur strategi di Givat Haviva Center for Shared Society, yang mempromosikan hidup berdampingan antara masyarakat Yahudi dan Arab. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the wall street journal