Sebanyak 100 Warga Gaza Meninggal Per Harinya, Pemimpin Hamas Bakal Rundingkan Gencatan Senjata di Mesir

Sebanyak 100 Warga Gaza Meninggal Per Harinya, Pemimpin Hamas Bakal Rundingkan Gencatan Senjata di Mesir

Pemimpin Hamas Ismail Haniyyeh dikonfirmasi akan melawat ke Kairo, Mesir untuk memimpin perundingan gencatan senjata di Gaza bersama dengan pejabat-pejabat senior Hamas lainnya pada Kamis esok hari, 21 Desember 2023 -Reuters -

HARIAN DISWAY - Pemimpin Hamas Ismail Haniyyeh dikonfirmasi akan melawat ke Kairo, Mesir untuk memimpin perundingan gencatan senjata di Gaza bersama dengan pejabat-pejabat senior Hamas lainnya pada Kamis esok hari, 21 Desember 2023.

Perundingan tersebut dilakukan untuk membahas detail rincian negosiasi gencatan senjata permanen di Gaza, sekaligus mendiskusikan syarat pembebasan tawanan Hamas dengan Israel kedepannya. Mereka juga akan membicarakan pembangunan pemerintahan Gaza kembali setelah perang bersama PLO.

“Kami sangat menanti pertemuan dengan saudara-saudara kami dari Fatah dan PLO untuk memikirkan berbagai cara menghentikan agresi Israel di Gaza. Kami juga akan merundingkan tentang bagaimana menghadapi situasi ini secara politik dan aspek kemanusiaan kedepannya termasuk pemerintahan Gaza dan Tepi Barat,” ujar Ghazi Hamad, Pejabat Senior Hamas.

Kondisi Gaza saat ini semakin menurun akibat serangan brutal tentara IDF di setiap penjuru Gaza, sejak perang meledak pada 7 Oktober 2023. Lebih parahnya, Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra menyatakan bahwa sebanyak 100 warga sipil Gaza meninggal per harinya, dalam serangan akhir-akhir ini di kamp pengungsian Jabalia, Deir al-Balah, dan Perbatasan Rafah.

BACA JUGA:Jutaan Warga Gaza Kelaparan, DK PBB Kembali Adakan Sidang untuk Paksa Israel Hentikan Agresi


Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra menyatakan bahwa sebanyak 100 warga sipil Gaza meninggal per harinya, dalam serangan akhir-akhir ini di kamp pengungsian Jabalia -Al-Jazeera-

Hamas tidak akan membiarkan kekejaman Israel menghancurkan Gaza. Meskipun, bisa diprediksi bahwa perundingan dengan pihak lawan akan jauh lebih alot kedepannya, dibandingkan jeda peperangan selama seminggu yang pernah diusulkan Qatar sebelumnya pada 28 November 2023. Bagaimanapun, peperangan ini harus berakhir secepatnya, apabila Israel ingin mendapatkan warganya kembali.

“Kami ingin menata kembali tanah air Palestina, agar memiliki satu sistem politik, satu otoritas Palestina. Kami tidak akan membiarkan Israel mendapatkan tawanan kami dengan dalih negosiasi untuk membantai seluruh warga kami kedepannya. Ini prioritas kami,” ujar Hamad.

Dikutip dari AFP, Hamas menolak keras Israel untuk memimpin pemerintahan Gaza pasca peperangan, sebab hal itu sama saja dengan membebaskan Israel untuk menduduki Gaza seperti di Yerusalem dan Tepi Barat.

BACA JUGA: Kewalahan! Israel Minta Pasukan Hezbollah Mundur Dari Perbatasan



Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu kukuh tidak ingin melakukan negosiasi sedikitpun mengenai hal itu, karena menurutnya membiarkan Hamas memimpin sama saja menjadikan Hamas sebagai pemenang dalam perang.

PM Israel tersebut, memang hanya ingin mendapatkan warganya tanpa menghentikan agresi di Gaza. Ia juga bahkan telah mengirim pimpinan Badan Intelijen Mossad nya untuk merundingkan hal ini bersama dengan CIA dan Pemerintah Qatar di Warsaw, Polandia pada 18 Desember 2023. Meski, pada akhirnya kesepakatan tidak juga tercapai.

Di sisi lain, Netanyahu juga bersikeras untuk memburu pasukan pejuang Hamas sampai ke seluruh penjuru dunia meskipun akan memakan waktu bertahun-tahun. Padahal, sejatinya Israel lah yang telah menjajah tanah Palestina lebih dulu selama 48 tahun lamanya sejak tahun 1948. (Salsa Amalika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: