Ponpes Oxford

Ponpes Oxford

RUANG uji disertasi dan tesis di University of Oxford.-Arif Afandi untuk Harian Disway-

Daulah Umayyah saat dipimpin Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil (756–785 M). Sedangkan Daulah Abbasiyah saat Khalifah Harun Ar-Rasyid (786–809 M). Saat itu berdiri Darul Hikmah atau Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia, yang terdiri atas perpustakaan, pusat pemerintahan, dan observatorium bintang. Juga, berdiri Universitas Darul Ulum di Baghdad, Irak.

Pada zaman itu, peradaban dipengaruhi dua superpower dunia. Cordova di Spanyol dan bagian timur di Baghdad. Dua poros negara Islam itulah yang menebarkan peradaban dunia di saat negara-negara Eropa mengalami abad kegelapan. 

Bisa saja tidak benar karena jarak antara zaman keemasan Islam dan lahirnya univertas top di Inggris itu kurang lebih 300 tahun. Sebuah masa yang cukup panjang untuk melihat kesinambungan tradisi dan peradaban. Kecuali mereka mengadopsinya dari teks dan dokumen lama. 

Yang pasti, dunia keilmuan dan akademis memang pernah menjadi keunggulan dunia Islam. Bahkan, banyak temuan dasar yang menjadi basis bagi ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Aljabar, salah satu cabang ilmu matematika, yang ditemukan Al-Khawarizmi, misalnya. Ilmu itulah yang sekarang memicu revolusi digital berbasis algoritma.

Apa pun ada kaitannya atau tidak antara tradisi pendidikan Islam di masa lalu dan University of Oxford dan University of Cambridge, saya merasa seperti masuk pesantren besar di kampus itu. Pesantren yang lengkap dengan tradisi keilmuwan dan tradisi lama yang masih dipertahankan.

Yang sudah pasti, saya kini bisa mengklaim: I went to Oxford and Cambridge. Pernyataan yang bisa diartikan bahwa saya pernah kuliah di sana atau sekadar saya pernah berkunjung ke sana. Untuk saya, pasti makna kedua yang tepat. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: