Nur Iswan: Pilih Presiden Karena Karakter dan Gagasannya, Bukan Berdasar Kasihan

Nur Iswan: Pilih Presiden Karena Karakter dan Gagasannya, Bukan Berdasar Kasihan

Anies Baswedan dianggap menghina Prabowo Subianto dalam debat Capres pada Minggu 7 Januari lalu.-tangkapan layar youtube@kpu-

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Tak terasa Pemilu akan berlangsung sebentar lagi. Di media sosial banyak cuplikan kinerja kampanye dan debat Capres yang meramaikan dunia digital.

Sehingga masyarakat enderung memilih Capres ataupun Caleg berdasarkan substansi daripada tampilan dan emosi semata.

Nur Iswan, seorang Pengamat Kebijakan dan Bisnis, mengingatkan bahwa untuk memilih pemimpin, seharusnya berdasarkan karakter, kedewasaan, rekam jejak, dan gagasan kebijakan yang mereka tawarkan. 

Iswan juga berkata, masyarakat Indonesia telah belajar dari pengalaman sejarah kepemimpinan nasional, di mana kesabaran dan ketangguhan rakyat menjadi sorotan.

"Masyarakat kita tangguh. Sabar mereka luar biasa. Meskipun seringkali tertipu oleh pemimpinnya, namun apakah kita akan terus terjebak?" tanya Iswan dengan maksud bergurau.

BACA JUGA:Anies: Tak Boleh Ada Rasa Takut untuk Kritik Pemerintah

BACA JUGA:KPU Perluas Tema Debat Ketiga Pilpres, Anies: Tidak Masalah

Pilpres tahun ini, menjadi babak baru dalam perjalanan panjang masyarakat Indonesia dalam memilih pemimpin terbaiknya.

Menurut Iswan, pemimpin yang diinginkan adalah mereka yang siap melayani, berbudi pekerti, dan memiliki kematangan dalam menghadapi berbagai tantangan.


Salah satu pertanyaan dalam Debat Ketiga Capres-Cawapres 2024 yang digelar pada Minggu, 7 Januari 2024 menyinggung soal komitmen setiap pasangan calon (paslon) terhadap penataan ulang institusi pertahanan yang masih terjadi tumpang tindih. -AMIN-

Iswan menambahkan bahwa pemimpin yang dipilih seharusnya tegas, berani, dan adil, baik dalam tindakan maupun pikiran. Dalam mekanisme demokrasi saat ini, Iswan menyoroti pentingnya menggunakan hak pilih secara bijak.

"Jangan terjebak oleh kasihan atau dipengaruhi oleh para influencer. Pilihlah dengan parameter yang sesuai dengan karakter, rekam jejak, dan gagasan kebijakan yang ditawarkan," terang Iswan.

Iswan juga mengingatkan akan potensi manipulasi dalam demokrasi modern, seperti pencitraan, penyebaran berita palsu, dan gimmick politik.

BACA JUGA:Strategi Anies Perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan: Lakukan seperti Ali Sastroamidjojo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: