Broadcast Journalism Untag Surabaya Ajarkan Mahasiswa Tantangan Liputan

Broadcast Journalism Untag Surabaya Ajarkan Mahasiswa Tantangan Liputan

Screening tugas akhir broadcast journalism.-Dokumentasi Humas Untag-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mata kuliah broadcast journalism di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya bisa dibilang memiliki makna cukup mendalam. Bukan sekedar mata kuliah yang diajarkan untuk melengkapi bobot perkuliahan mahasiswa saja, namun ada nilai-nilai kehidupan lain yang diajarkan.

"Kalau kita omong media, nggak ada ya matinya. Mungkin sudah sedikit yang mengonsumsi koran, majalah, televise. Tapi dia tidak benar-benar mati. Pemahaman tentang ragam media itu yang ingin kita kenalkan ke mahasiswa," ujar Dosen Broadcast Journalism Program Studi Ilmu Komunikasi Untag Surabaya Prihandari Satvikadewi usai screening tugas akhir semester pada Jumat 12 Januari 2024 di Kampus Untag.

Sebanyak 40 mahasiswa diajak memproduksi berita televisi dengan tema kondisi yang sedang hangat di masyarakat. Mereka dituntut menangkap fenomena sosial, melakukan riset, hingga menggunakan alat broadcast yang cukup rumit.

"Broadcasting yang dalam hal ini adalah konvensional media. Kami memang spesifik broadcast journalism, bukan online journalism. Itu kan memang agak berjarak dengan anak sekarang ya," ujarnya.

BACA JUGA:Kembangkan Mobil Listrik Sancaka Generasi Dua, Untag Surabaya Tuangkan Berbagai Inovasi Baru

BACA JUGA:Mahasiswa Untag Surabaya KKN Sukses Beri Pelatihan Daya Ingat kepada Anak-Anak Melalui Metode Mnemonik

"Mereka sudah jarang nonton TV dan dengar radio. Jadi ini memang sebuah upaya mendekatkan dua media ini ke mahasiswa. Jadi bagaimana mereka bisa memproduksi berita televisi," lanjutnya.

Memang, tidak dipungkiri para mahasiswa sempat mengeluhkan kenapa harus mempelajari hal yang sudah tidak trend lagi. Hal yang sudah tidak relevan bahkan mungkin ketinggalan jaman. Apalagi, mereka dikatakan sudah jarang sekali nonton siaran televisi maupun radio.

"Tapi ini semacam cara belajar deduktif. Jadi mereka belajarnya dari situ. Tahu kesulitannya. Mereka harus meliput sendiri. Sehingga dengan project ini mereka mengenal lapangan tidak hanya belajar di dalam kelas, teori jurnalistik seperti apa," bebernya. 

"Kami yakin sebagai pengajar, gak akan ada yang kami ajarkan kalau tidak turun lapangan. Pertama mungkin ragu, takut. Tapi sebagai bagian tugas akhir ya dilaksanakan," tegasnya.

BACA JUGA:Mahasiswa PMM 3 Untag Surabaya Beri Materi Public Speaking di Panti Asuhan Himmatun Ayat

BACA JUGA:Butet Kartaredjasa hingga Eros Djarot Hadir di Untag Surabaya: Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi

Hal yang tak kalah menarik ialah karya mereka ditampilkan lalu dikupas bersama. Mereka diberikan kesempatan bercerita behind the scene yang menjadi bagian dari proses hidup dan pengalaman berharga bagi generasi penerus bangsa ini.

"Mereka merasa beratnya harus menghubungi narasumber, udah janjian tapi kemudian batal. Akhirnya mereka merasa bahwa itu bukan sesuatu yang harus dihindari. Memang kesulitan menghubungi orang. Kemudian ngepasin lighting dengan objek, kesulitan itu mereka alami sendiri dan saya kira itu bagian proses belajar," jelasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: