Stop Gagal Panen: Dosen Untag Surabaya Manfaatkan PLTS untuk Basmi Hama Grayak

Stop Gagal Panen: Dosen Untag Surabaya Manfaatkan PLTS untuk Basmi Hama Grayak

Giovanni Dimas Prenata (paling kanan) bersama mahasiswa memasang PLTS di lahan pertanian Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Mojokerto.-Untag Surabaya untuk Harian Disway-

HARIAN DISWAY - Petani di Desa Sajen, Pacet, Mojokerto kini merasakan peningkatan hasil panen berkat inovasi yang dibawa langsung dari kampus. Tiga dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, dipimpin Giovanni Dimas Prenata, S.T., M.T. (Teknik Elektro), bersama Andy Patriadi (Teknik Sipil) dan Maulana Arief (Ilmu Komunikasi), berhasil mengatasi dua masalah utama petani, yakni serangan ulat grayak dan ketiadaan listrik di area persawahan.

Masalah utama petani adalah serangan ulat grayak yang berasal dari ngengat malam. Ngengat selalu bertelur pada tanaman dan mengakibatkan kerusakan panen. Biasanya grayak menyerang berbagai tanaman seperti bawang, kubis, jagung, maupun tanaman pertanian lainnya.

Untuk meresponsnya, tim dosen melaksanakan implementasi sebagai bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdikbudristek. Solusinya adalah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tengah sawah. Listrik ini digunakan untuk mengoperasikan lampu ultraviolet (UV) dengan jebakan listrik. Cara kerjanya, lampu UV menarik kupu-kupu malam, yang kemudian terjebak rangkaian listrik dan mati.

Langkah ini secara efektif memutus siklus perkembangbiakan hama sebelum ulat grayak terbentuk. Selain melawan hama, PLTS juga dimanfaatkan petani untuk mengisi baterai alat penyemprot pupuk di tengah sawah sehingga mereka tidak perlu bolak-balik ke rumah.

BACA JUGA:RESPIRE: Ngangin Tampilkan Inovasi Kolaboratif Untag Surabaya, Hadirkan Bangunan Ramah Lingkungan

BACA JUGA:Usung Timeless, Negeri Komunikasi 2025 Rayakan Enam Tahun Perjalanan Kreatif Mahasiswa Untag

Slamet Wijanarko, Ketua Kelompok Tani Sajen Makmur yang beranggotakan 77 orang, mengonfirmasi efektivitas solusi ini. “Penurunan hama ulat grayak mencapai 70 persen,” ujarnya, Minggu, 8 Desember 2025.

Data lapangan menunjukkan dampak signifikan terhadap hasil panen. Menurut Slamet, peningkatan hasil pertanian mencapai 38,46 persen. “Panen kubis bagus. Dapat 9 ton yang biasanya hanya sekitar 6,5 ton,” katanya.

Hasil tersebut merujuk pada lahan seluas 4.000 meter persegi miliknya. Dengan memutus rantai ulat grayak, kualitas dan kuantitas hasil panen petani meningkat drastis.


Slamet Wijanarko saat menunjukkan hasil ngengat atau kupu kupu malam yang terjebak dalam lampu ultraviolet.-Untag Surabaya untuk Harian Disway-

Giovanni Dimas Prenata menjelaskan bahwa dengan dua unit PLTS terpasang, pemanfaatannya dapat menjangkau sekitar 10.000 meter persegi atau 1 hektare sawah. Ia berharap inovasi berbasis riset ini dapat memicu kemandirian, sehingga petani lain dapat secara mandiri menyalurkan kabel dan lampu dari PLTS yang sudah tersedia guna meningkatkan produktivitas seluruh anggota kelompok tani. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: