Tanah Capres Prabowo Subianto, Pintar atau Goblok?
Jokowi mengakan jika dirinya menyayangkan debat Capres lebih banyak menyerang pasangan calon secara personal.-tangkapan layar youtube@kpu-
Lantas, muncul pertanyaan publik, mengapa panwas lapangan tidak melapor ke Bawaslu? Apakah mereka menganggap itu bukan penghinaan atau bagaimana? Jika diterus-teruskan, persoalan ini bakal berputar-putar seperti lingkaran kerupuk ukel, melingkar meliuk-liuk tanpa ujung.
Kampanye di pilpres kali ini ruwet seperti lingkar-melingkar kerupuk ukel itu. Kelihatan rumit, tapi tanpa gizi. Di panggung yang serius (debat capres), tapi isinya remeh-temeh.
BACA JUGA: Prabowo: Jokowi Bakal Resmikan RS Militer Terbesar Se-ASEAN
Tidak berarti tokoh-tokoh yang berdebat itu bebal. Tidak. Mereka tidak bebal. Mereka justru cerdas.
Berpedoman pada statistik. Rata-rata lama sekolah populasi Indonesia, berdasar hasil sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS), 2020, tercatat 8,7 tahun laki-laki, 8,5 tahun perempuan.
Artinya, rata-rata lama sekolah masyarakat kita putus sekolah di kelas IX. Atau, tidak lulus SMP. Lebih jelas lagi, mayoritas rakyat kita berijazah SD (data BPS).
Nah… Pilpres kan soal jumlah coblosan. Kalau jumlah coblosan banyak, kandidatnya menang. Jadi, para kandidat yang cerdas bakal menyasar publik yang mayoritas (tamatan SD).
BACA JUGA: Usai Mendapat Skor 11, Prabowo Bertanya ke Pengusaha: Berapa Nilai Saya?
Ngapain menyasar yang minoritas, misalnya, mereka yang bergelar doktor. Bakal sia-sia. Tapi, perlu atraksi seolah-olah rumit. Serumit kerupuk ukel.
Akar masalah ini sederhana. Di debat capres, Anies menyerang Prabowo: Prabowo selaku menteri pertahanan punya tanah 340.000 hektare. Dikomparasi Anies: Setengah dari total jumlah prajurit TNI di Indonesia justru tidak punya rumah.
Suatu komparasi yang sangat cerdas. Mengorek rasa iri hati prajurit TNI yang tidak punya rumah. Prajurit akan membandingkan kondisi mereka dengan atasan mereka (Menhan Prabowo). Bakal iri. Supaya prajurit yang tidak punya rumah tidak mencoblos Prabowo di pilpres. Cerdas.
BACA JUGA: Prabowo Minta Direksi BUMN Bermasalah Tak Cuma Dicopot: KPK kan!
Sejenis komparasi: Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mampu makan nasi sepuluh kali per hari (jika mau). Dibanding, banyak rakyat Jakarta yang terpaksa makan nasi sekali per hari karena terlalu miskin. Bakal memicu iri hati rakyat yang terpaksa makan sekali atau dua kali per hari.
Lebih melenceng lagi, contoh komparasi begini: ”Untung, sekarang Anda masih hidup. Banyak teman-teman Anda sudah pada mati, lho…”
Maaf, komparasi yang terakhir itu tidak relevan terkait konteks masalah. Saya ralat. Saya tarik kembali. Sebab, orang-orang mati tidak bisa iri, lagi. Juga, tidak mungkin mencoblos di pilpres. Tidak relevan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: