Ditemukan Masih Banyak Siswa SMP di Kota Pasuruan yang Belum Bisa Calistung

Ditemukan Masih Banyak Siswa SMP di Kota Pasuruan yang Belum Bisa Calistung

Mendikbudristek Nadiem Makarim menghapus tes Calistung dalam syarat PPDB SD/MI 2023.-Instagram/@nadiemmakarim-

HARIAN DISWAY - Guru-guru di beberapa sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Pasuruan menemukan makin banyak siswa-siswanya yang belum cakap membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Bahkan, untuk sekadar mengeja dan menulis kata dasar, para siswa itu kesulitan. Hal tersebut menjadikan pihak SMP kelimpungan karena saat penerimaan peserta didik baru (PPDB), masalah tersebut sulit terdeteksi.

Penyebab masalah tersebut, antara lain, masih minimnya guru inklusi di sekolah-sekolah dasar. Khususnya pada SD swasta.

BACA JUGA: Sebanyak 27.538 Anak di Kota Pasuruan Mengikuti Imunisasi Polio Serentak

Kemudian, aturan yang tidak membolehkan siswa tinggal kelas sehingga guru-guru harus menaikkan siswa tersebut meski belum berhasil memenuhi standar kelulusan. 

"Makin tahun kami temukan makin banyak siswa yang belum bisa calistung. Bahkan, untuk sekadar menuliskan ejaan 'makan', banyak salahnya. Berhitung pun demikian. Materi-materi pelajaran SD sama sekali belum dikuasai, misalnya perkalian," ujar seorang guru di SMP Negeri 2 Kota Pasuruan. 

Diduga siswa-siswa yang masih mengalami kesulitan menguasai materi calistung dasar tersebut disebabkan tidak mendapatkan bimbingan khusus dari guru pelajaran luar biasa (PLB).

BACA JUGA: Kukuhkan Pengurus Baru, Ketua PCNU Kota Pasuruan Minta Jangan Terjebak Dinamika Organisasi

Diketahui, hampir seluruh SD di Kota Pasuruan menerapkan sekolah inklusi yang juga menerima siswa berkebutuhan khusus. Sayang, belum seluruh sekolah benar-benar siap dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi pendidikan inklusi

"Kami tidak bisa mendeteksi ya karena PPDB juga sistemnya zonasi, bukan berdasarkan nilai lagi, sehingga filterisasi juga kurang sempurna. Tahunya ketika siswa sudah diterima dan guru-guru mengeluhkan bahwa ternyata anak tersebut sekadar menulis namanya sendiri juga salah. Ini kemudian langsung kami tangani dengan guru PLB," lanjut sumber tersebut. 

Menurut Kepala SDN Gentong Kota Pasuruan Endang Ganefa, diperlukan adanya perhatian khusus pada siswa-siswa yang diketahui berkebutuhan khusus tersebut.

BACA JUGA: Lomba Panah Wali Kota Cup Pasuruan Diikuti Ratusan Peserta

Dia mencontohkan, di sekolahnya ada sekitar 27 siswa inklusi dengan berbagai klasifikasi. Misalnya, autis, tunagrahita, dan tunadaksa. Pembelajaran pada siswa-siswa tersebut memang harus ditangani guru khusus. 

"Memang siswa-siswa tersebut harus mendapatkan perhatian lebih atau khusus. Seperti autis supaya bisa mengucapkan kata-kata harus ada metodenya dan itu ditangani guru khusus supaya anak itu ada perkembangan," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: