The Other Side of Umrah (2): Berdoa di Tanah Suci untuk Kolega
Prof Bagong Suyanto dan Prof Rahma Sugihartati-Dok Pribadi-
Berbeda dengan ketentuan sebelumnya –yakni, menjadi guru besar bisa diajukan dosen yang sudah memiliki jabatan lektor kepala, bahkan seorang dosen dapat loncat jabatan dari jabatan lektor langsung menjadi guru besar asalkan memiliki empat jurnal internasional yang bereputasi– rumor yang beredar dalam aturan baru nanti, syarat tambahan menjadi guru besar harus sudah menduduki jenjang kepangkatan IV-c.
BACA JUGA: Kadivhumas Polri Berangkatkan 15 Orang Ibadah Umrah Dalam Rangka Hari Jadi ke-72 Humas Polri
Jika aturan baru itu benar diberlakukan, tentu akan banyak dosen yang dirugikan. Mereka yang sudah bersusah payah menulis artikel jurnal internasional bereputasi untuk memenuhi syarat khusus kenaikan pangkat menjadi guru besar tiba-tiba dimentahkan dengan persyaratan baru. Yaitu, pengusul harus sudah menduduki pangkat IV-c.
Bisa dibayangkan betapa gundah hati para dosen di tanah air ini dengan rumor isi aturan baru soal kenaikan pangkat yang makin sulit. Seorang dosen yang sudah bekerja 35 tahun, gaji yang diterima hanya sekitar Rp 15 juta.
Bandingkan dengan gaji ASN dari Kementerian Keuangan, gaji aparat birokrasi pemerintah daerah, dan lain-lain yang mencapai puluhan juta rupiah meski masa kerja mereka baru 10–20 tahun. Pengabdian yang sudah puluhan tahun seolah sia-sia ketika harapan mereka untuk dapat menjadi guru besar harus direformulasi ulang.
BACA JUGA: Umrah Pakai Visa Transit, Jamaah Indonesia Diperkirakan Meningkat
Semula dosen yang memiliki jenjang kepangkatan III-d atau IV-a sudah bisa mengajukan usulan kenaikan pangkat ke guru besar –asalkan yang bersangkutan telah memiliki satu artikel jurnal bereputasi internasional.
Dengan aturan yang baru, harapan para dosen untuk mengajukan guru besar tentu akan kandas dan terpaksa harus menunggu beberapa tahun sebelum bisa mengajukan usul kenaikan pangkat menjadi guru besar. Itu pun dengan catatan jika tidak ada lagi aturan baru yang lebih mempersulit.
Di Madinah, beberapa kolega FISIP Universitas Airlangga yang saya sebut namanya dalam doa adalah: pertama, dari program studi sosiologi, yaitu Septi Ariadi, Siti Masudah, Tutik Budirahayu, dan Doddy Sumbodo Singgih.
BAGONG Suyanto berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah.-Dok Pribadi-
Dari program studi hubungan internasional, nama yang saya sebut dalam doa agar usulan kenaikan guru besar mereka dimudahkan adalah Baiq Wardhani, Dugis, Mutaqin, Siti Rokhmawati, dan Sartika.
Lalu, dari program studi administrasi publik, calon guru besar yang sudah memiliki artikel jurnal internasional sebagai persyaratan khusus adalah Sulikah Asmorowati, Falih Suaedi, dan Bintoro.
Dari ilmu politik, tiga dosen senior yang saya doakan adalah Dwi Windyastuti, Kris Nugroho, dan Siti Aminah. Dari program studi komunikasi, beberapa dosen yang saya doakan bisa segera menjadi guru besar adalah Yuyun Wahyu Izzati, IGAK Satrya Wibawa, Titik Puji Rahayu, Santi Isnaini, Andria Saptyasari, Suko Widodo, Ratih Puspa, dan Dina Septiani.
Dari program studi antropologi, nama yang saya sebut adalah Lucy Dyah dan Endah Kinasih. Dari program studi ilmu informasi dan perpustakaan, saya mendoakan Koko Srimulyo, Imam Yuadi, Fitri Mutia, dan Hendro Margono segera menjadi guru besar.
PROF Bagong Suyanto di Masjid Nabawi.-Dok Pribadi-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: