Pilpres Satu Putaran?

Pilpres Satu Putaran?

Ilustrasi pilpres satu putaran. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Jokowi memang kalah di Jabar dan beberapa provinsi lainnya, tapi semua ditutup oleh kemenangan tebal di Jateng.

Akhir Desember hingga awal Januari saya keliling di Jabar dan Jateng. Itu sekaligus saya manfaatkan untuk bertanya langsung secara acak kepada masyarakat. 

BACA JUGA: Natural atau Teknik Filter: Membincang Kepedean Gus Imin dalam Bursa Pilpres 2024

Saya di Solo beberapa hari. Kota itu sangat penting sebagai barometer. Solo dikenal sebagai basis utama PDIP. 

Baliho raksasa Puan Maharani sebagai caleg DPR RI bertebaran di kota itu. Pileg 2019, Puan masuk sepuluh besar caleg yang meraih suara terbanyak secara nasional.

Namun, Solo juga kampung halaman dan basis keluarga Jokowi. Gibran wali kotanya. Dan, Gibran sekaligus ketua tim sukses Pragib Jateng.

Saya bertanya kepada sepuluh warga Solo seperti tukang parkir dan pedagang yang saya temui di Pasar Gede, Beteng, Klewer, dan berbagai tempat. Mengikuti rute shopping dan kuliner. 

BACA JUGA: Muhaimin, Perang Buzzer dan Narasi Kebencian Jelang Pilpres 2024

Enam dari sepuluh responden menjawab tetap memilih PDIP dan Ganjar. Sisanya menolak menjawab.

Survei tersebut tentu jauh dari metode ilmiah. Juga, bukan peta suara sesungguhnya. Namun, saya menangkap, PDIP masih sangat kuat di Kota Solo. Bahkan, ada responden yang menilai keluarga Jokowi bukan lagi keluarga PDIP. 

Sejak pemilu langsung, Jateng adalah lumbung suara PDIP. Selalu menang, dengan basis utama di eks Karesidenan Surakarta, Karesidenan Semarang, dan Jateng Selatan, daerah Banyumasan. 

Menarik kita tunggu hasil 14 Februari di Jateng. Peluang Ganjar (PDIP) tetap paling besar. Yang pasti, tidak sebesar perolehan Jokowi sebagai petahana saat pilres 2019 yang meraih 77,29 persen.  

BACA JUGA: Survei Anies dan Tsunami Politik

Kali ini PDIP (Gama) harus menghadapi petahana (Pragib). Anies juga tak bisa diremehkan karena PKB juga punya basis lumayan di pantura seperti Tegal, Pekalongan, Rembang, dan Jepara.

Di Jabar tidak ada parpol dominan dan fanatik seperti PDIP yang mendominasi di Jateng. Di Jabar juga tidak ada ormas masif seperti NU di Jatim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: