Singa Batam

Singa Batam

SINGAPORE Eye di Marina Marina Bay. -Arif Afandi untuk Harian Disway-

Tapi, karena sudah lama tak berkunjung ke Singapura, saya niatkan menyeberang setelah acara di Batam. Sekalian membandingkan apakah mimpi Presiden B.J. Habibie menjadikan Batam sebagai bayang-bayang Singapura bisa mendekati kenyataan. 

”Sekarang Batam sudah berubah. Warga di sini tidak seenak dulu saat menjadi badan otorita,” kata Hardi Selamat Hood, salah seorang calon senator dari Provinsi Kepulauan Riau. Statusnya yang setengah otorita membuat hal itu terjadi.

BACA JUGA: Sudah Lama Ditunggu, Warga Batam Sambut Kedatangan Anies Baswedan dengan Sukacita

Dalam pandangan Hardi, tata kelola Kota Batam menghadapi dilema. Dulu seperti ada kapal dengan dua nakhoda. Ada kepala BP dan wali kota. 

Karena itu, wali kota menjadi ex-officio kepala BP. Makanya, ketika terjadi kasus Rempang, tidak ada pembelaan karena wali kota juga kepala BP. 

Sayang, saya tidak sempat mengonfirmasi pernyataan itu di lapangan. Hanya sempat berkeliling sebagian Batam. Juga, tidak bisa membandingkan suasana Kota Batam masa lalu dan sekarang. Tidak menjelajah sampai ke seluruh pelosok Kota Batam yang punya 12 kecamatan.

Namun, selintas kota ini dirancang untuk besar. Jalannya lebar-lebar. Selebar jalan tol di Jawa. Mengalahkan lebarnya jalan-jalan di Surabaya. 

”Keramaian kota tak lagi berpusat di Nagoya. Kini bergeser di kawasan proyek-proyek baru,” kata Zaenuri, pria asal Kediri yang sudah 30 tahun tinggal di Batam.

Saya hanya semalam di Batam. Terus menyeberang dengan kapal melalui Pelabuhan Internasional Batam Center. Yang lokasinya berdampingan dengan Kantor BP Batam. 

Pelabuhannya keren. Lebih keren daripada Pelabuhan Tanjung Perak yang dikelola Pelindo. Sayang, kebersihannya kurang. Toiletnya bau menyengat.

Namun, meski sempat tidak nyaman dengan toiletnya, bisa tertutupi dengan proses imigrasi yang cepat. Sudah menggunakan mesin elektronik dengan pengenalan wajah untuk cek paspor. Jadi, tak perlu antrean panjang. Baru saat masuk Singapura, masih harus melalui jalur manual karena saya sudah lama tidak ke sana.

Suasana memang langsung berubah. Pelabuhan Internasional Singapura jauh berbeda dengan Batam. Lebih ramai. Lebih bagus. Lebih bersih. Pun, lebih terasa hidup. Dari pelabuhan itu, selain penyeberangan ke Indonesia, juga ada jalur laut ke Malaysia.

Batam memang berhasil menangkap kejenuhan Singapura dalam hal investasi. Tapi, bukan di sektor perdagangan dan jasa. Tapi, lebih ke industri berat. Batam belum bisa menjadi bayang-bayang Singapura. Barangkali baru penunjang industri Singapura.

Dilihat dari sini, mimpi Habibie bisa menjadi kenyataan. Menjadikan Batam sebagai daerah penampung limpahan investasi di Singapura. Tapi, belum bisa menjadikan Batam sebagai bayang-bayang negara tetangga. Apakah harus ada Habibie baru?

Tampaknya memang terlalu muluk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: