Anies Baswedan: Time for Change

Anies Baswedan: Time for Change

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan dalam sesi pemaparan visi misi Debat Kelima Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu, 4, Februari 2024. -AMIN-

BACA JUGA: Kampanye Akbar di GBK, RUMI Optimistis Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran

Kalau hal itu sampai terjadi, akan muncul anomali lagi dalam pilpres 2024. Kalau terjadi koalisi antara 01 dan 03, akan terjadi koalisi antara PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang mendukung 01 dengan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) sebagai penyokong utama 03. 

Koalisi itu disebut sebagai koalisi minyak dan air atau koalisi Tom and Jerry karena dua partai tersebut punya ideologi yang bertentangan. Namun, mata kuliah ilmu politik semester pertama mengajarkan bahwa tidak ada permusuhan atau pertemanan abadi dalam politik, kecuali kepentingan yang abadi. 

Koalisi Tom and Jerry memang anomali. Tetapi, karena ada musuh bersama, yakni paslon 02, perbedaan apa pun bisa dihilangkan.

BACA JUGA: Anies Baswedan di Dewan Pers: Sampaikan Rekam Jejak di DKI Jakarta

Yang tidak kalah anomali adalah kemungkinan bergabungnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Anies Baswedan. Keduanya dikenal sebagai bitter rival, musuh bebuyutan dalam politik. 

Rivalitas Anies vs Ahok dalam Pemilihan Gubernur DKI 2016 menjadi rivalitas paling keras dalam sejarah politik Indonesia pascareformasi. Rivalitas itu memunculkan polaritas dua kubu yang memengaruhi lanskap politik nasional Indonesia.

Ahok menjadi musuh bersama kalangan umat Islam karena kasus pelecehan Al-Qur’an surah Al-Maidah. Ahok menjadi simbol paling dibenci dari kubu cebong sebagai musuh utama kubu kampret dan kadrun. Terminologi kadrun, kampret, dan cebong menjadi kosakata politik paling dikenal di Indonesia karena rivalitas Anies vs Ahok.

BACA JUGA: Hanya Anies yang Hadiri Undangan Dewan Pers: Kami Datang Sebagai Komitmen Kemerdekaan Pers

Ahok sudah membuat langkah berani dengan menyempal dari Jokowi. Dua pasangan itu dianggap sebagai pasangan unsperable (tidak terpisahkan) dan dianggap sebagai pasangan yang ideal yang digadang-gadang akan menjadi pasangan presiden dan wakil presiden Indonesia. Namun, kepentingan politik yang berbeda menyebabkan pasangan itu bubar.

Lawan-lawan politik sudah menyebar perang urat saraf bahwa Ahok akan menjadi faktor penghalang koalisi 01 dan 03. Bahkan, disebutkan bahwa Ahok menjadi kuda troya yang sengaja disusupkan Jokowi untuk menghambat koalisi 01 dan 03. 

Dalam situasi peperangan politik yang keras seperti sekarang ini, segala macam intrik dan isu dilempar untuk melemahkan musuh.

BACA JUGA: Lautan Manusia di JIS Diyakini Jadi Simbol Potensi Kemenangan Anies-Muhaimin

Jokowi berada pada posisi defensif, kalau bukan terdesak. Ia turun gunung, melabrak semua aturan dan fatsun politik. Secara terbuka Jokowi menyatakan akan berkampanye dan memihak kepada salah satu paslon, yaitu Prabowo dan Gibran sang putra mahkota. Jokowi bagi-bagi amplop di depan istana dan menggelontorkan bansos triliunan rupiah untuk mencari suara bagi 02.

Politik gentong babi (pork barrel politics) ala Jokowi dipamerkan secara terang-terangan. Perlawanan muncul makin terbuka dari kalangan kampus. Kalau selama ini kampus dianggap melempem dan tiarap, sekarang kampus mulai menggeliat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: