No Free Lunch

No Free Lunch

Aksi sejumlah relawan Prabowo Gibran yang membagikan makan atau susu gratis.--

Dananya dari APBN. Tidak diambilkan dari mengurangi subsidi BBM. 

Budiman Sudjatmiko: "Pada tahun pertama di bawah Presiden Prabowo Subianto (tahun 2025) menjalankan APBN-nya Presiden Jokowi. Itu aturan konstitusinya. Namun kita akan mencari sumber pembiayaan lain untuk membiayai sebagian di tahun pertama." 

Sumber pembiayaan lain, belum disebutkan asalnya. Itulah yang akan dirancang mulai Maret 2024.

Dilanjut: "Meskipun program ini kelihatan sederhana, sekadar menyiapkan makan siang dan minum susu anak sekolah, tapi penerima manfaat 82,9 juta anak sekolah se-Indonesia. Maka program ini akan menjadi sangat masif dan berdampak positif bagi banyak sektor di Indonesia, baik orang tua murid, masyarakat umum, sektor kesehatan, pendidikan, dan dunia industri di Indonesia. Khususnya industri yang berhubungan dengan pangan," 

Ini seperti pesanan katering jumlah besar. Menimbulkan multiplier effect sangat besar. Melibatkan banyak pelaku ekonomi. Menggerakkan roda ekonomi nasional lebih cepat dibanding sekarang.

BACA JUGA:Mendagri Minta Adhy Karyono Pertahankan Prestasi Khofifah

BACA JUGA:Sah! Prof Murpin Jadi 'Nakhoda' DPD Persatuan Guru Besar Indonesia Jatim

Ternyata mereka sudah latihan di Sukabumi, Jawa Barat.

Budiman: "Pilot project sudah jalan dari Januari di Warung Kiara, Sukabumi. Satu dapur itu melayani 16 sekolah dengan total siswa 3.500. Selama ini lancar.”

Program ini kontradiktif dengan pepatah Amerika: "No such thing as a free lunch". Atau sering disingkat: “No free lunch”. Orang Amerika meyakini, tidak ada yang cuma-cuma dalam hidup manusia. Semuanya berbayar. Dalam ilmu ekonomi disebut opportunity cost (biaya peluang). Orang mendapatkan sesuatu dengan memberikan sesuatu.

Gilad James, PhD dalam bukunya, Pengantar Ekonomi Mikro, biaya peluang adalah biaya melepaskan satu kesempatan untuk mengejar kesempatan lain. Dalam bentuk nilai barang, biaya peluang merujuk pada nilai barang yang bisa dihasilkan melalui sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan komoditas tertentu.

No free lunch, tidak diketahui siapa pencetusnya. Tapi sudah beredar di Amerika Serikat (AS) sejak 1930-an. 

Wartawan The New York Times, William Safire menulis di medianya, terbitan 14 Februari 1993 berjudul: On Language; Words Left Out in the Cold, menyebutkan, istilah itu sudah dipakai orang Amerika sehari-hari sejak 1930-an. Tidak tahu, dari mana asalnya.

Ia menyimpulkan, itu mungkin bersumber dari tradisi saloon (bar) di AS pada tahun 1930-an. Entah dimulai dari bar mana, tapi kemudian merata di bar-bar di sana. Ceritanya begini:

Pengelola bar menyediakan makan siang gratis bagi semua pengunjung. Tapi kalau minum, bayar. Dan, harga minuman di bar tentu lebih mahal dibanding di supermarket.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: