THR Surabaya Mangkrak, Dulunya jadi Venue Pameran Kesenian Jaman Kolonial

THR Surabaya Mangkrak, Dulunya jadi Venue Pameran Kesenian Jaman Kolonial

Kondisi Taman Hiburan Surabaya mangkrak -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Ziarah Kebangsaan Refleksi Indonesia Damai Diramaikan Ludruk Kolaborasi

"Parkiran Jaarmarkt dipenuhi oleh mobil berpelat luar Surabaya. Ada keterangan begitu," ungkap Samadi. "Artinya yang mengunjungi tidak hanya orang Surabaya. Tapi daerah sekitar sby. Mereka datang ingin mengetahui momen tahunan," jelasnya.

Atraksi harian yang dipertontonkan tak hanya asli Surabaya. Namun, ada beberapa seni pertunjukan dari luar Kota Surabaya. Samidi menyebut, misalnya ada Tandhak dan Gandrung Bali, Kecapi, Ketuk Tilu, Ogleng Bandung, Kroncong Kediri dan Semarang, Wayang Cokek Betawi, Sandur Madura, dan Reog Ponorogo.

"Pameran jadi sarana komersial, promosi, dan sosialisasi kesenian. Penggabungan kegiatan ekonomi dan kesenian. Bahkan ada kurasi untuk bisa ikut pameran. Mereka berasal dari berbagai wilayah. Ada Jambi, Bali, Jogja," jelasnya.

BACA JUGA:Pentas Ludruk Sanggar Angling Dharma Hadirkan Cerita Rakyat Sidoarjo Sarip Tambak Oso Dengan Tafsir Sejarah Baru

Lebih lanjut, Samidi mengatakan Jaarmarkt sempat terhenti karena ada perang. Lalu, saat kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah kolonial Belanda pergi dari bumi Surabaya. Yayasan Jaarmarkt masih menjalankan kegiatan hingga akhirnya diambil alih.

"Yayasan Jaarmarkt sudah tidak diizinkan lagi menyelenggarakan Pekan Raya Surabaya. Kemudian 1961, Pemkot mengambil sebagai peluang untuk mendapatkan pemasukan kota, dari pajak tontonan. Kan setiap hari ada tontonan," jelasnya.

"Kemudian 1961 sudah jadi milik Pemkot. Dan jadi pusat pertunjukan di Surabaya. Orang mau hiburan ya arahnya ke situ. Dinantikan dan diharapkan dulunya," lanjutnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: