Komedi Hari Komedi: Robert Bayoned Geliatkan Ludruk Ikuti Arus Zaman

ROBERT BAYONED tampil dalam pementasan ludruk dengan bintang tamu Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.--Dokumentasi Robert Bayoned
HARIAN DISWAY - Tidak banyak seniman komedi yang masih rajin mementaskan lawakannya. Apalagi, belakangan ini ukuran panggung hanyalah segenggaman tangan. Erland Setiawan alias Robert Bayoned adalah yang setia pada jalur pementasan.
Robert tampil beda saat bertemu dengan Harian Disway pada Jumat sore, 26 September 2025. Tokoh ludruk Surabaya itu tak lagi berambut gondrong dan berjambang tebal.
Penampilan barunya itu membuat orang-orang yang tidak setiap hari bertemu dengannya pangling.
DIALOG dan monolog menjadi kekuatan pementasan ludruk Robert Bayoned.--Dokumentasi Robert Bayoned
BACA JUGA:Robets Bayoned dan Djadi Galajapo Jenguk Maestro Ludruk Cak Sapari
BACA JUGA:Komedi Hari Komedi: Cak Suro Andalkan Jurus Tai Chi Master di Tengah Disrupsi
Setelah puluhan tahun bermain ludruk dari panggung ke panggung dengan rambut gondrong, Robert tampil rapi. Ada apa? “Pengin ganti gaya saja,” celetuknya. “Ben rodok keramut (Biar agak terawat),” tambahnya lantas tertawa.
Robert baru kelar siaran Lontong Balap Suroboyo di Radio El Victor sore itu. Setelah siaran, ia memang biasa mampir warkop. Ngopi satu atau dua jam sembari menunggu jalanan lengang sebelum pulang ke rumahnya di kawasan Buduran, Sidoarjo.
Bulan ini, menurut Robert, tanggapan ludruk sepi. Namun, ia dan grupnya Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Soerobojo (Luntas) sibuk berkeliling dari kampung ke kampung pada Agustus lalu.
Agenda tahunan itu bertajuk Ludruk Merdeka. Mereka sengaja berkeliling untuk menghibur warga dari gang ke gang. “Ini sudah tahun keempat kita jalan,” papar lelaki kelahiran 21 April 1977 itu.
BACA JUGA:Gedung Cak Durasim, Kenang Semangat Juang Seniman Ludruk Era Kolonial
BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Pentas Ludruk di Desa Sumberkokap Pererat Persaudaraan Warga
Ludruk Merdeka adalah persembahan gratis Luntas untuk masyarakat Surabaya. Tujuan mereka murni untuk mengenalkan kesenian asli Jawa Timur itu ke khalayak ramai.
“Meski tak ambil untung, kami senang karena setiap tampil warga selalu antusias dan membeludak,” tuturnya.
Pada 2016 lalu, Robert dan karibnya, Ipoel Bayoned, memantapkan niat untuk konsisten pada jalur ludruk. Mereka mendirikan Luntas. Cara mereka mengocok perut penonton pun unik. Mereka mengusung tema guyonan kekinian dan cerita-cerita kocak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: