Sedimentasi Sungai Surabaya Rawan Picu Bencana
Kondisi banjir di kawasan Petemon Surabaya, Jawa Timur.-Julian Romadhon-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sedimentasi sungai-sungai di Surabaya kondisinya sudah sangat rawan bencana. Maka, harus segera dilakukan upaya revitalisasi. Agar tidak menimbulkan bencana dan merugikan seluruh elemen masyarakat.
Terlebih untuk dua kecamatan di Kota Surabaya yang langganan banjir selama puluhan tahun. Kecamatan Pakal dan Kecamatan Benowo. "Pemkot harus mengambil merevitalisasi muara sungai di Surabaya. Sedimentasi meninggi," tegas Salah satu Pengurus Persatuan Insinyur Indonesia Ali Yusa, Senin, 19 Februari 2024.
Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini menyebut Sungai Kalimas misalnya, pada beberapa titik, kedalaman kurang lebih 30 centimeter saat surut. Sedangkan saat pasang, hanya sebatas lutut orang dewasa.
"Itu Sungai Kalimas, sungai terbesar di Surabaya. Apalagi di sungai lain," ujarnya.
BACA JUGA:Liga Voli Korea: IBK Altos Hajar GS Caltex 3-0, Daejeon Red Sparks Tertahan di Peringkat 3
BACA JUGA:Jokowi Senang TKDN RSPPN Soedirman Mencapai 70 Persen: Bisa Bantu Percepatan Ekonomi Nasional
Ali menjelaskan kategori genangan dan banjir dilihat dari lama surut air. Denangan apabila selama tiga jam tinggi air paling tidak 50-60 centimeter. Namun setelah tiga jam surut. Baru bisa disebut banjir jika di atas tiga jam.
"Pemkot harus tegas, berani merevitalisasi sungai-sungai walaupun kewenangan tidak di pemkot. Karena yang harus diselamatkan adalah warga Kota Surabaya," jelasnya.
Ali juga menegaskan pemkot harus tegas terhadap pemanfaatan sungai yang menyebabkan penyempitan sungai. Terutama sungai yang bermuara di Teluk Lamong.
Lebih lanjut, Ali mengatakan persoalan banjir di Surabaya umumnya terjadi di kawasan yang memiliki sedimentasi sangat tinggi. Kondisinya, sungai di Surabaya Barat bermuara di Teluk Lamong. "Nah teluk ini sedimentasi tinggi," imbuhnya.
Muara-muara yang ada di Teluk Lamong bukan hanya sedimentasi tinggi tetapi juga penyempitan. Ditambah fungsi lahan yang berubah yang sebelumnya tambak menjadi gudang logistik. "Otomatis fungsi resapan berbeda. Itu yang menyebabkan dataran 'di antara' ketika kesetimbangan gak ada maka niscaya banjir tercipta," ujarnya.
BACA JUGA:Tetap Berkomitmen untuk Tingkatkan Kecakapan Digital Masyarakat
BACA JUGA:Hati-Hati, Anak Bisa Kena Diabetes Karena Minum Susu Jenis Ini
Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Syamsul Hariadi mengatakan pembenahan infrastruktur di kawasan Surabaya Barat menjadi prioritas pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: