Dugaan Penyelewengan Dana Operasional Hanura Jatim Picu Mosi Tidak Percaya Ketua DPC
DPD Partai HANURA Provinsi Jawa Timursaat menggelar acara “Sekolah Politik” di Surabaya.-DPD Hanura Jatim-
HARIAN DISWAY - Puluhan DPC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Jawa Timur bergejolak. Muncul dugaan penyelewengan dana bantuan operasional untuk pemilu.
Dana operasional yang berasal dari DPP Partai Hanura itu diduga diselewengkan oleh ketua DPD Hanura Jawa Timur Yunianto Wahyudi.
Sebanyak 21 DPC Hanura Jatim sepakat menduga adanya penyelewengan dana bantuan operasional tersebut, yang berakibat anjloknya perolehan suara Hanura di Jatim.
Dana operasional itu sejatinya diperuntukkan membantu DPC-DPC saat pemilu 14 Februari lalu.
"Dana tersebut seperti untuk honor saksi. Teman-teman di daerah (DPC) ini menunggu. Sampai ada yang meninggal dunia karena didatangi massa yang menanyakan honor untuk saksi. Sedangkan, kami sudah berusaha konfirmasi ke Mas Tenk (sapaan akrab ketua DPD Jatim), tapi tidak ada jawaban memuaskan," ujar Abdullah, Ketua DPC Hanura Kabupaten Sidoarjo, Senin 4 Maret 2024.
Abdullah tidak sendirian. Saat menyampaikan kronologi dugaan penyelewengan dana operasional pemilu itu, dia bersama 9 ketua DPC Hanura Jatim lainnya.
BACA JUGA:Masa Sidang DPR Dimulai Hari Ini, Selamat Datang Hak Angket!
BACA JUGA:Komentar Jokowi soal Lonjakan Suara PSI Menuju Lolos ke Senayan
Mereka menggelar pertemuan di Pasuruan untuk menyatakan kesamaan sikap meminta penjelasan atas dugaan penyelewengan bantuan dana operasional dari DPP Hanura itu.
Total ada 21 DPC yang bersuara yang sama menanyakan ke mana dana operasional bantuan DPP tersebut kepada ketua DPD Hanura Jatim, yang seharusnya sampai ke DPC-DPC. Namun, tidak sampai sama sekali.
"Sebenarnya ada 21 DPC, tapi karena yang lain ini masih menjabat sebagai anggota dewan. Jadi, masih banyak kegiatan," lanjutnya.
Ditambahkan Sukadi, ketua DPC Hanura Kabupaten Kediri, bahwa dirinya juga sudah konfirmasi langsung kepada ketua umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) tentang dana operasional yang diduga senilai Rp 1,5 miliar itu.
Dari bukti percakapan WhatsApp Sukadi dengan OSO diketahui uang tersebut sudah diberikan kepada ketua DPD Hanura Jawa Timur sebelum pelaksanaan pemilu.
"Sepahit-pahitnya, sedikit-sedikitnya jumlahnya mestinya disampaikan ke kami. Karena ini menyangkut kepercayaan dan amanah dari ketum," ungkap Sukadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: