Bahasa Merendahkan adalah Kunci Utama Menuju Perundungan

Bahasa Merendahkan adalah Kunci Utama Menuju Perundungan

Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dan penggunaannya yang merendahkan dapat menjadi kunci utama di balik kejadian perundungan di berbagai tempat. --istockphoto

Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dan penggunaannya yang merendahkan dapat menjadi kunci utama di balik kejadian perundungan di berbagai tempat. Namun, peran bahasa dalam memperkuat dan memperpanjang dampak perundungan sering kali terabaikan. 

Kata-kata atau ungkapan-ungkapan tertentu yang sering dilontarkan dianggap sebagai hal yang biasa atau hanya bercandaan saja padahal kekuatan bahasa sangat luar biasa dalam membentuk persepsi negatif tentang diri sendiri, menyebabkan stres, depresi, dan bahkan mengarah pada masalah kesehatan mental yang lebih serius. Bahasa yang merendahkan dapat menghambat perkembangan sosial dan akademik seseorang serta mempengaruhi hubungan interpersonalnya. 

Perundungan dengan menggunakan kata-kata merupakan jenis perundunagan verbal. Perundungan verbal mencakup penggunaan kata-kata kasar, celaan, ejekan, atau ancaman yang ditujukan kepada korban. Ini bisa terjadi secara langsung seperti di hadapan orang banyak atau melalui media sosial dan pesan teks.

Perundungan verbal dapat mengganggu kesehatan mental dan emosional korban karena kata-kata bisa memiliki dampak yang jauh lebih dalam daripada yang terlihat. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penggunaan kata-kata kasar atau merendahkan terhadap seseorang berdasarkan ciri fisik, agama, ras, jenis kelamin, dan sebagainya.

Kata-kata seperti "gemuk", "hitam", "orang aneh", jelek", “lemah”, “bodoh”, “tidak berguna”, sering digunakan untuk mengejek atau merendahkan martabat seseorang. Kata-kata tersebut dapat menciptakan perasaan rendah diri dan penolakan diri yang dapat memicu perilaku perundungan. 

Di samping bahasa menjadi kunci utama menuju perundungan, bahasa juga dapat menjadi alat untuk memerangi perundungan. Ketika kata-kata digunakan dengan bijak dan penuh empati, dampaknya dapat membangun kepercayaan diri, memunculkan semangat, dan mendatangkan kenyamanan dan kebahagiaan. 

Penggunaan kata-kata positif berpengaruh besar dalam memelihara hubungan sosial di masyarakat. Mendorong penggunaan bahasa yang menghargai keberagaman, menghormati perbedaan, dan mempromosikan kesetaraan adalah langkah penting dalam melawan perundungan.

Anak-anak sekolah perlu diajarkan untuk menghargai perbedaan, memperlakukan orang lain dengan hormat, dan memahami dampak kata-kata mereka terhadap orang lain. Oleh sebab itu, salah satu pendidikan karakter yang penting diterapkan sejak dini adalah etika berbahasa. 

Dalam etika berbahasa ini anak-anak diajarkan berbahasa yang santun dengan diksi-diksi positif  untuk menjaga perasaan orang lain. Selain itu, penting juga untuk menciptakan budaya di mana perundungan tidak diterima dan individu merasa nyaman melaporkan perilaku perundungan tanpa takut akan konsekuensinya.

Untuk mencegah perundungan verbal, penting memberikan pendidikan bahasa yang berfokus pada pemahaman dan penggunaan bahasa yang positif, menghargai, dan inklusif. Siswa sebaiknya diberikan pendidikan mengenai kekuatan dan dampak bahasa, siswa juga perlu belajar memahami perspektif dan perasaan orang lain. 

Mereka harus diajarkan untuk memikirkan dampak kata-kata mereka pada orang lain dan bagaimana perundungan verbal dapat menyakiti perasaan dan merusak harga diri seseorang. Perlu juga pengembangan keterampilan komunikasi yang positif yaitu cara menyampaikan pendapat dan menyatakan kebutuhan mereka secara efektif tanpa merendahkan atau menghina orang lain. 

Hal yang tak kalah pentingnya adalah guru dan staf sekolah harus menjadi contoh dalam menggunakan bahasa yang menghargai dan mendukung siswa. Seluruh masyarakat juga memiliki tanggung jawab membentuk budaya yang mempromosikan penggunaan bahasa yang menghargai martabat setiap individu. 

Kita semua memiliki peran dalam memastikan bahwa kata-kata kita tidak digunakan untuk menyakiti atau merendahkan orang lain. Dengan memahami kaitan antara bahasa dan perundungan, kita dapat bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan menghormati semua orang. (*)

Oleh: Ni Wayan Sartini, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: