Bahasa Merendahkan adalah Kunci Utama Menuju Perundungan

Bahasa Merendahkan adalah Kunci Utama Menuju Perundungan

Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dan penggunaannya yang merendahkan dapat menjadi kunci utama di balik kejadian perundungan di berbagai tempat. --istockphoto

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sempat ramai diberitakan tentang anak selebritas Vincent Rompies bersama teman-temannya yang melakukan perundungan terhadap seseorang yang mengakibatkan korbannya dirawat di rumah sakit. Kasus perundungan ini terjadi di SMA Binus School Serpong.

Munculnya berita perundungan oleh anak selebritas tersebut diikuti oleh kasus perundungan yang lain seperti yang terjadi di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri, yang mengakibatkan korbannya -Bintang Balqis Maulana- meninggal dunia.

Sunguh suatu keadaan yang mengkhawatirkan apabila hal ini tidak ditangani dengan serius. 

Perundungan atau istilah dalam bahasa Inggris bullying menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merupakan bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.

Perundungan di sekolah atau instansi pendididkan merupakan perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. 

BACA JUGA: Pelaku Perundungan di SMA Binus Jangan Dihukum Berat

Jenis-jenis perundungan antara lain; perundungan secara fisik, perundungan secara verbal, perundungan secara sosial, dan perundungan di dunia siber (cyberbullying).

Perundungan di sekolah telah menjadi masalah yang serius selama beberapa dekade, menghasilkan dampak yang merugikan bagi kesehatan emosional dan mental para siswa. Meskipun telah ada upaya besar untuk mengatasi masalah ini, baru-baru ini telah terjadi kasus perundungan di sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua siswa. 

Namun sayang, realitasnya sering kali tidak demikian. Perundungan masih menjadi masalah serius yang mengganggu kehidupan sehari-hari banyak siswa. Meskipun sudah ada upaya untuk mencegahnya, tetapi masalah ini masih terus berlanjut. Inilah mengapa kita perlu mengubah budaya sekolah, dengan merangkul perbedaan, untuk secara efektif mencegah perilaku perundungan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering tidak disadari bahwa apa yang kita katakan berpotensi menimbulkan perundungan bagi orang lain atau mungkin juga kita yang menjadi korban perundungan tapi tidak pernah menyadari hal itu. Ketika membicarakan perundungan di sekolah, sering kali kita mengasumsikan bahwa kekerasan fisik adalah bentuk utama dari perilaku tersebut.

Di tengah sorotan yang semakin intens terhadap isu perundungan di berbagai kalangan, sering kali kita lupa untuk mengamati salah satu aspek yang mungkin menjadi pemicu utama perilaku tersebut yaitu bahasa. Bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan kekuatan yang mampu membentuk persepsi, kekuasaan, dan budaya. 


Salah satu tanda awal penyebab perundungan yang sering tidak disadari adalah gaya bahasa dalam kehidupan sosial. --istockphoto

Bahasa memiliki kekuatan untuk menciptakan stereotip, prasangka, bahkan menjustifikasi tindakan perundungan. Ketika kata-kata digunakan untuk merendahkan, menghina, atau mengisolasi individu atau kelompok, kata-kata tersebut tidak hanya merusak secara emosional tetapi menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku perundungan.

BACA JUGA:Perundungan di Sekolah dan Upaya Pencegahannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: