Berkunjung ke Surabaya, Mahasiswa University of Marburg Gelar Culture Oddysey

Berkunjung ke Surabaya, Mahasiswa University of Marburg Gelar Culture Oddysey

Madita Huschbeck, salah seorang mahasiswa University of Marburg, Jerman, naik ke atas kepala reog Ponorogo. Dia menjadi pemeran Dewi Songgolangit. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebanyak 33 mahasiswa dari University of Marburg, Jerman, hadir di SURABAYA. Mereka diajak berjalan-jalan ke Balai Pemuda. Melihat langsung bangunan heritage tersebut serta pementasan reog Ponorogo

Gamelan dan slompret bertalu. Semakin riuh setelah 33 mahasiswa dari jurusan geografi dan antropologi University of Marburg berdatangan. Perangkat dadak merak reog Ponorogo yang berukuran besar tergeletak di depan. Sebelum dimainkan, mereka dihibur dulu oleh penampilan tari jathilan, atraksi bujang ganong, dan warok.

Adi Setyo Putro, salah seorang pemain reog berjalan ke arah dadak merak itu. Kemudian mengambilnya dengan dua tangan, memasangnya di kepala. Kedua tangannya bertumpu pada bidang dadak merak itu. Untuk mengendalikan arah geraknya.

BACA JUGA: Diskusi Musik Membangun Bangsa Hadirkan Hilmar Farid sebagai Keynote Speaker

Sesekali Adi maju ke hadapan para mahasiswa, lantas mengayunkan ujung dadak meraknya ke mereka. Tentu saja para mahasiswa refleks. Sedikit mundur sambil mengangkat tangan. Takut jika bidang yang berat itu mengenai kepala mereka. Tentu saja itu tak bakal terjadi. Karena pemain dadak merak tahu tekniknya. 

Ketika dadak merak itu bersimpuh, hadir seorang perempuan berkebaya hijau. Kepalanya berhias mahkota. Anggun. Ketika berjalan, selendangnya terurai. Tiupan angin semakin menambah pesona pemakainya. Seketika, para mahasiswa itu berbisik, "Madita, hei, itu Madita," ujar mereka.
Kelono Sewandono mendampingi Dewi Songgolangit yang diperankan Madita Huschbeck. Keduanya menghibur para mahasiswa dari University of Marburg yang berkunjung ke Balai Pemuda Surabaya. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Perempuan molek itu Madita Huschbeck. Salah seorang dari mereka. Kemunculannya memang dirahasiakan. Sehingga para mahasiswa itu terkejut ketika kawannya sendiri didapuk turut serta dalam pementasan reog. Berperan sebagai Dewi Songgolangit.

Madita duduk di kepala harimau dadak merak itu. "Apakah aman?," tanyanya sambil menggumam. Semua pemain reog meyakinkan dirinya. Setengah senang, setengah takut. Madita pun memberanikan diri duduk. "Bersandar, bersandar," ujar beberapa pemain reog. Dia menurut. Lantas menyandarkan tubuhnya di dinding dadak merak itu.

Dia sedikit tersentak ketika reog berdiri. Kemudian berjalan beberapa langkah. Setelah Adi melakukan beberapa gerak tari, Madita diturunkan. Dia tampak semringah. Kemudian disambut oleh tokoh Kelono Sewandono, lantas berperang melawan dadak merak tersebut.

BACA JUGA: Wayang Rajakaya Indonesia-Jerman oleh Herlambang Bayu Aji Angkat Cerita yang Global untuk Anak-anak

Saat adegan perang, semua mahasiswa berseru, "Love must win! Love must win (Cinta harus menang, Red)!" Akhirnya Kelono Sewandono berhasil mengalahkan musuhnya dan meraih cinta dari Dewi Songgolangit.

Pementasan itu digelar di halaman kantor Dewan Kesenian Surabaya di Balai Pemuda, pada Kamis, 7 Maret 2024. Para pemain reog berasal dari kelompok Darma Bhakti Budaya pimpinan Tri Suryanto. 

Kunjungan itu merupakan bentuk dari inisiatif kolaboratif antara Universitas Airlangga dan Wisma Jerman Surabaya. Para mahasiswa University of Marburg menjalankan program edukasi dan pertukaran budaya. 

Mereka didampingi dua dosen FISIP Unair: Probo Darono Yakti dan Irfan Wahyudi. Hadir juga Asisten Program Kultural Wisma Jerman Surabaya Dhahana Adi. Sedangkan dari pihak Marburg, terdapat dosen para mahasiswa itu. Yakni Prof Markus Hassler. "Program ini bertujuan untuk memperluas wawasan mereka tentang budaya Indonesia. Sekaligus memberi pemahaman, khususnya melalui kesenian reog Ponorogo," ujar Probo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: