Digitalisasi Akuakultur

Digitalisasi Akuakultur

ILUSTRASI digitalisasi akuakultur. Pembudidayaan ikan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Selain itu, didukung dengan visualisasi dari foto dan video produk yang dipasarkan. Hal tersebut tentu memberikan citra positif sekaligus menjadi ujian tingkat kepercayaan terhadap kualitas produk komoditas akuakultur yang dipasarkan. 

Sistem tersebut juga akan memutus mata rantai pasar yang terlalu panjang dan memudahkan akses informasi supply-chain produk akuakultur. Keunggulan digital marketing lainnya adalah mudah menjangkau banyak calon konsumen, sarana tepat untuk branding dan membangun reputasi, serta memudahkan pengumpulan data dan evaluasi strategi untuk pemasaran berikutnya. 

Digitalisasi identik dengan penggunaan teknologi digital berbasis internet of things (IoT) yang memiliki tujuan untuk mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis. Dalam penerapannya, juga ada yang memasukkan program media digital akuakultur. 

Media digital tersebut dapat berupa aplikasi di smartphone dan bisa digunakan sebagai sarana edukasi berbagai topik seputar akuakultur. 

Melalui media digital akuakultur, para pembudi daya dapat melakukan diskusi interaktif serta berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kemudian, media tersebut menyediakan informasi terkini yang langsung dapat diakses para pembudi daya. 

Itulah yang dilakukan Minapoli, yang merupakan platform jaringan bisnis dan informasi akuakultur terintegrasi di Indonesia. Dalam website Minapoli terdapat menu ”Infomina” yang dijadikan media interaktif dan memberikan berita serta informasi terkini dari industri akuakultur. 

Di dalamnya juga terdapat info penting yang edukatif seputar akuakultur dari berbagai komoditas. Ada pula JALA Tech yang produknya dikhususkan untuk memberikan solusi bagi industri tambak udang yang produktif dan berkelanjutan. 

Di dalam website-nya terdapat menu ShrimpHub yang digunakan sebagai pusat perkumpulan dan pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam industri udang. 

Para pembudi daya dapat memanfaatkan fungsi edukatif itu, terutama dalam kaitannya dengan informasi terkini teknik budi daya maupun bertanya seputar persoalan yang terjadi selama proses produksi maupun pascapanen. Harapannya, setiap persoalan yang terjadi dapat dicari solusinya dengan tepat dan cepat. 

Teknologi akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan dunia akuakultur ke depan juga harus mampu menyerap teknologi tersebut agar bisa survive dan berdampak positif bagi kehidupan manusia. 

Namun, juga terdapat tantangan dalam digitalisasi akukultur. Salah satunya adalah kesenjangan teknologi di beberapa wilayah. Hal itu dapat diatasi dengan keberadaan infrastruktur digital yang merata di berbagai daerah. 

Kemudian, dilakukan sosialisasi secara sistematis dan masif akan keunggulan sistem digitalisasi tersebut. Digitalisasi merupakan jembatan modern bagi stakeholder akuakultur dengan harapan ekosistem bisnis akuakultur, mulai hulu hingga hilir, bisa berjalan dengan kondusif. 

Selain itu, kehadiran teknologi berbasis digital harus ”berwawasan” lingkungan. Dengan demikian, tujuannya bukan sekadar penciptaan nilai tambah dan produktivitas secara optimum, melainkan juga ada nilai keberlanjutan (sustainability) dalam penerapan teknologi tersebut. 

 


Riza Rahman Hakim, dosen Prodi Akuakultur/Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang-Dok Pribadi-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: