Ketika Harga Besar Naik: Antara Melindungi Petani dan Konsumen
Pupuk bersubsidi akan tetap disalurkan ke petani--iStock
HARIAN DISWAY - Pada Februari 2024 lalu, sebagian besar warga masyarakat mengeluh karena harga beras mengalami kenaikan. Namun, di sisi lain sejumlah petani di desa yang sedang panen raya bergembira karena harga gabah mengalami kenaikan sehingga mendapatkan keuntungan.
Itulah mengapa panen raya padi selalu dinanti-nantikan hampir semua petani. Seperti yang dirasakan petani di Desa Bedingin, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan. Februari-Maret 2024 ini saatnya panen raya padi bagi sebagian besar petani yang menanam padi pada Desember 2023.
Pada awal Februari 2024 lalu, para petani di desa itu memang tersenyum karena harga jual gabah cukup tinggi hingga mencapai Rp 8.200 per kilogaram. Sementara tahun lalu pada bulan yang sama saat panen raya harga jual gabah hanya mencapai Rp 6.500 per kilogram.
Kegembiraan petani menikmati kenaikan harga gabah di desa petani itu tak lama. Tidak sampai satu bulan harga gabah di tingkat petani yaitu menjelang 1 Maret 2024 mengalami penurunan yaitu Rp 7.200 per kilogram.
BACA JUGA: Memasuki Masa Panen Raya, Stok Beras Jateng Terjamin Aman hingga Idufitri
Sejumlah petani yang panen pada awal Maret 2024 tidak mendapatkan keuntungan seperti petani yang panen sebelumnya. Mereka bertanya mengapa harga gabah turun hingga Rp 1.000 per kilogram. Padahal petani sudah mengeluarkan biaya yang besar untuk biaya produksi.
Persoalan yang dihadapi petani saat ini sangat kompleks. Pertama, tidak mudah mendapatkan tenaga kerja untuk sektor pertanian karena sejumlah warga desa melakukan urbanisasi ke kota untuk bekerja di pabrik dan di sektor non-formal di kota besar.
Mereka yang berhasil biasanya mengajak teman dan keluarga dari desa. Kelangkaan tenaga kerja di pedesaan menyebabkan upah buruh tani mengalami kenaikan yaitu kurang lebih Rp 110 ribu per hari kerja. Terhitung mulai jam 07.00-11.30 dan istirahat lalu mulai bekerja lagi jam 13.00-18.00 ditambah sarapan dan rokok.
Kedua, kebutuhan pupuk dan pestisida yang mahal. Petani di desa mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Namun, adakalanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terpaksa petani membeli pupuk non-subsidi yang harganya lebih mahal. Belum lagi kalau ada hama tikus atau lainnya yang menyerang tanaman padi.
Panen padi memang sudah menggunakan mesin panen yang merupakan bantuan pemerintah kepada kelompok tani. Tapi di sisi lain, masyarakat tetap mengeluh karena harga beras di pasaran mengalami kenaikan.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dibagi berdasarkan pembagian wilayah. Zona 1 untuk Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi dengan HET Rp 10.900 per kilogram.
Zona 2 terdiri Sumatera Selatan, Lampung, Sumsel, NTT dan Kalimantan dengan HET Rp 11.500 per kilogram. Zona 3 untuk wilayah Maluku dan Papua dengan HET Rp 11.800 per kilogram.
Namun, di tiga zona tersebut, harga beras di pasaran mengalami kenaikan yang beragam. Menurut catatan BPS, pada Februari 2024 ini, harga rata-rata harga beras di level eceran mencapai Rp 15.157 per kilogram.
Untuk itu pemerintah melakukan operasi pasar di beberapa daerah yang selalu diserbu pembeli untuk mendapatkan beras murah. Misalnya, operasi beras yang dilakukan Satgas Pangan Polres Kota Kediri di tiga kecamatan yakni Pesantren, Kota Kediri, dan Mojoroti pada 26-28 Februari 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: